Rabu, 06 Juli 2011

Sistem Saraf

SISTEM SARAF
A. PENGERTIAN & BEBERAPA ISTILAH
Sistem saraf pada vertebrata terbagi dalam dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Pada hewan sistem saraf berfungsi sebagai berikut;
1) Untuk memungkinkan mengadakan orientasi terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu dengan menerima rangsangan dari luar dan selanjutnya memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut
2) Untuk mengadakan kontrol (pengaturan) agar fungsi dari semua organ dan suatu sistem yang bekerja selaras yang dibantu oleh kelenjar endokrin
3) Bagi primata, terutama manusia merupakan tempat menyimpan memori (ingatan) dan kecerdasan (intelegensia), dalam hal ini dibantu oleh organ-organ indera yang dapat menerima rangsangan dari lingkungannya atau dari dalam tubuh sendiri.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang (Medulla Spinalis)
Sistem Saraf Tepi terdiri atas; semua saraf dan ganglia yang berhubungan dengan otak dan medulla spinalis, yaitu; Saraf spinalis, Saraf Kranialis, dan Saraf Otonnom.
Satuan struktural sistem saraf adalah neuron atau sel saraf yang terdiri atas badan sel dan uluran-uluran sitoplasma. Uluran-uluran sitoplasma terdiri atas 2 bagian, yaitu yang panjang disebut akson dan yang pendek disebut dendrit. Kumpulan (agregasi) dari badan-badan sel saraf yang berada di luar sistem saraf pusat disebut ganglion, sedangkan kumpulan (agregasi) yang berada di dalam sistem saraf pusat disebut nukleus.
Urat saraf merupakan satu kesatuan dari berkas-berkas serabut saraf, sedangkan serabut saraf adalah akson beserta seludang-seludangnya, yaitu seludang myelin dan seludang Schwann atau neurilemma.

B. SISTEM SARAF PUSAT
Sistem saraf pusat merupakan derivat dari lapisan lembaga ektoderm yang mengalami differensiasi, sehingga terbentuk otak dan sum-sum tulang belakang. Membran yang berperan sebagai protektif yang terdapat disekeliling saraf pusat dan sum-sum tulang belakang disebut Meninges. Pada Amfibia, Aves, Reptilia, meninges terdiri atas 2 lapisan, yaitu;
1) Lapisan luar, tebal, kukuh, terletak di bawah tulang tengkorak disebut durameter.
2) Lapisan dalam, tipis, vaskuler, melekat pada otak dan sum-sum tulang belakang disebut lapisan meninges sekunder atau lepto menings.
Pada manusia meninges terdiri atas 3 lapisan, yaitu;
a) Durameter, merupaksn lapisan terluar, kukuh dan tebal
b) Archnoid (sarang laba-laba), merupakan anyaman-anyaman dengan rongga-rongga berisi cairan dan terdapat di bawah durameter.
c) Piameter, merupakan lapisan terletak di bagian dalam, tipis dan vaskuler.
C. OTAK (ENCEPHALON)
Otak dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu;
1) Otak depan (Prosencephalon)
2) Otak tengah (Mesencephalon)
3) Otak belakang (Rhombencephalon)
4) Otak depan (Prosencephalon)
Otak depan terdiri atas; hemisperium serebri, thalamus, hipothalamus, dan kelenjar hipofisa serta kelenjar pineal.
Pada manusia otak terbagi atas 2 belahan besar, masing-masing belahan terbagi menjadi 4 lobus, yaitu; lobus frontalis, lobus parietalis, lobus ossipitalis, dan lobus temporalis, sedangkan pada Katak terdapat lobus olfaktorius sebagai tonjolan dari serebrum.
Antara lobus yang satu dengan lobus yang lainnya dipisahkan oleh suatu celah, disebut Sulkus. sulkus sentral, memisahkan lobus frontal dari lobus parietal. Sulkus parietal, memisahkan lobus parietal dari lobus temporalis. Sulkus parietooksipitalis, memisahkan lobus parietal dan lobus temporal dari lobus oksipitalis.
Thalamus dan hypothalamus adalah bagian otak depan pada bagian ventral. Semua stimulus yang ke hemisper serebri melalui thalamus. Hypothalamus berfungsi mengatur suhu dan kandungan air dalam darah dan pada hewan tertentu dan juga pada manusia merupakan pusat perasaan seperti : haus, lapar, kenyang, dorongan seks dan marah.
Otak Tengah
Otak tengah tidak berkembang sepereti 2 otak lainnya, atapnya disebut tektum optikus. Otak tengah berfungsi menyampaikan impuls antara otak depan dan otak belakang, serta antara otak depan dengan mata dan juga menjaga keseimbangan. Pada otak terdapat lobus optikus, pada ikan, katak, reptilia dan aves sangat menonjol.
Otak Belakang (Rhombencephalon)
Yang termasuk otak belakang adalah: medulla oblongata (Mielensefalon) dan cerebellum (serebellum). Bagian tengah serebellum disebut badan vermiks, dan bagian lateralnya disebut lobus aurikularis atau flokulus. Fungsi serebellum, yaitu mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot, peranan keseimbangan utamanya pada indera pendengaran (saluran semi sirkularis), propio reseptor pada persendian dan otot/urat.
Medulla Oblongata
Berfungsi sebagai berikut;
1) Mengirimkan saraf yang bertugas menstimulasi otot-otot yang berfungsi dalam pernafasan, yaitu otot-otot yang terletak antara tulang rusuk dan diafragma.
2) Mengirimkan saraf yang mengatur detak jantung dan diameter arteriol
Cerebellum, terdiri atas dua belahan yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh. Pada Aves relatif lebih besar dibandingkan dengan mamalia.
Di dalam otak terdapat empat ruangan otak, disebut ventrikel otak, bentuknya tidak teratur, yaitu; ventrikel lateral kiri dan kanan; ventrikel ke-3, letaknya di bawah ventrikel lateral; dan ventrikel ke-4, letaknya di bawah dan di belakang ventrikel ke-3 di muka serebrum dan di belakang pons varoli.
Antara ventrikel lateral kiri dan kanan dipisahkan oleh membran tipis disebut septum lusidium yang dibangun oleh epitel bersilia. Pada dinding otak terdapat pembuluh darah, disebut pleksus khoroid yang merupakan tempat cairan serebrospinal dan berfungsi untuk menyediakan makanan bagi otak.
Antara ventrikel ke-3 dan ventrikel lateral dihubungkan oleh suatu lubang yang disebut foramina Monro. Ventrikel ke-4 dengan ventrikel ke-3 dihubungkan oleh suatu saluran, disebut saluran sylvius.
D. MEDULLA SPINALIS (SUM-SUM TULANG BELAKANG)
Medulla spinalis (Sum-sum tulang belakang) yang terentang di dalam saluran neural dan kolumna vertebralis atau ruas-ruas tulang belakang, berfungsi, yaitu;
1) Menghubungkan sistem saraf tepi dan otak
2) Berperan sebagai pusat koordinasi sendiri untuk respon yang sederhana.
Saluran dari medulla spinalis disebut kanalis medullaris, berisi cairan serebrospinal yang berhubungan dengan ventrikulus dalam otak. Cairan serebrospinal merupakan cairan bersifat basa, mengandung asam-asam amino, garam dan glukosa, berfungsi; melindungi bagian otak dan sumsum tulang belakang yang lunak; sebagai penyerap goncangan dan menjaga otak dan sumsum tulang belakang tetap basah agar memungkinkan terjadi pertukaran substansi antara cairan serebrospinal dengan sel-sel saraf.
Pada setiap sisi medulla spinalis dengan jarak yang sama terdapat 31 pasang cabang ke lateral, yaitu laterodorsal disebut radix dorsalis (akar dorsalis) dan lateroventralis disebut radix ventralis (akar ventralis). Ke dua akar tersebut bertemu membentuk saraf spinalis pada sistem saraf tepi.
Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, serabut saraf berkelompok membentuk traktus yang merupakan:
1) Penghubung antara satu bagian otak dengan bagian otak lain dari otak. Contohnya,
- Traktus komisur; yang menghantarkan impuls dari belahan otak kiri ke bagian belahan otak kanan dan sebaliknya,
- Traktus asosiasi, menghantarkan impuls dari satu bagian ke bagian lain dari otak pada belahan otak yang sama.
2) Penghubung antara otak dengan sumsum tulang belakang. Contohnya, traktus proyeksi, menghantarkan impuls dari bagian otak ke sumsum tulang belakang.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat 2 macamtraktus yang menghantarkan impuls dengan arah berlawanan satu dengan yang lainnya. Contohnya, traktus asendens, yang menghantarkan impuls ke otak. sedangkan traktus desendens, yang menghantarkan impuls ke arah sum-sum tulang belakang.
Di otak maupun di sumsum tulang belakang terdapat 2 macam substansi;
1) Substansi grisea (substansia abu-abu)
Merupakan korteks yang mengandung badan sel saraf yang tidak mengandung seludang myelin.
Contohnya; pada korteks otak, ganglia basal, dan beberapa nuklei di otak, ganglion perifer. Substansi kelabu berfungsi untuk mengintegrasikan , mengkorelasikan dan mengkoordinasikan macam-macam kegiatan tubuh.
2) Substansia Alba (Substansia putih)
Merupakan bagian medulla yang mengandung serabut-serabut saraf bermielin dan jaringan ikat penunjang yang disebut neuroglia. Substansia putih terdapat ditraktus di otak maupun disum-sum tulang belakang. Fungsi substansia putih sebagai penghantar impuls dari tepi ke pusat dan sebaliknya.
Ganglion
Ganglion merupakan kumpulan badan sel saraf yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang.
Contohnya; pada ganglion basal, ganglion spinal, dan ganglian otonom; Ganglion terdiri atas 2 jenis,yaitu
1) Ganglion aferen dari saraf kranial dan ganglion dari saraf spinal, terletak dekat saraf pusat dan yang merupakan kumpulan badan sel dari neuron unipolar dan pada ganglion ini tidak terdapat sinapsis, sehingga salah satu uluran dari neuron unipolar dari arah distal menuju ke reseptor.
2) Ganglion motorik dari saraf otonom, biasa disebut ganglion otonom, terletak jauh dari saraf pusat dan merupakan kumpulan badan sel dari neuron multipolar dari neuron postganglioner.
Funikulus
Pada sumsum tulang belakang, substansia putih dipisahkan oleh substansia kelabu membentuk funikulus-funikulus, yang terdiri atas;
- Funikulus dorsal, bersifat somatis
- Funikulus lateral, bersifat viseral motoris
- Funikulus ventral, bersifat somatis motoris
E. SISTEM SARAF TEPI (SISTEM SARAF PERIFER)
Sistem saraf tepi terdiri atas;
- Saraf spinalis
- Saraf kranialis
- Sistem Saraf Viseralis (Sistem Saraf Otonom)
Serabut-serabut saraf dari sistem saraf tepi ada yang diselubungi oleh mielin dan ada yang tidak bermielin. Secara fungsional serabut-serabut saraf ini terdiri atas 2 tipe, yaitu;
1) Serabut saraf eferent (secara embriologi berasal dari neural crest), yang membawa impuls ke sistem saraf pusat, dan
2) Saraf eferent (secara embrional berasal dari lamina basalis kanalis neuralis), yang membawa impuls dari sistem saraf pusat.
1. Saraf Spinalis
Pada vertebrata, setiap satu saraf spinalis terdiri dari sepasang saraf yang terdapat pada tiap segmen badan, yang berpusat pada medulla spinalis dengan perantaraan akar dorsalis berpusat pada kornua dorsalis (tanduk dorsalis) yang bersifat aferent dan akar ventralis berpusat pada kornua ventralis (tanduk ventralis) yang bersifat eferent. Penyatuan dari kedua akar tersebut membentuk saraf spinalis, yang akan membentuk tiga ramus, yaitu;
a) Ramus dorsalis
b) Ramus ventralis
c) Ramus komunikans
Kelompok saraf spinal tersebut adalah sebagai berikut;
Daerah serviks, mengeluarkan 8 pasang saraf spinal
Daerah toraks, mengeluarkan 12 pasang saraf spinal
Daerah lumbar, mengeluarkan 5 pasang saraf spinal
Daerah sakral, mengeluarkan 5 pasang saraf spinal
Daerah kosigeal, mengeluarkan sepasang saraf spinal

Saraf serviks ke-1 yang keluar dari ruang antara tulang oksipital dan tulang atlas (tulang belakang serviks ke-1 = vertebra serviks ke-1). Saraf serviks ke-2 keluar dari ruang antara vertebra serviks berlaku ketentuan bahwa saraf serviks akan keluar di atas vertebra serviks yang sesuai dengan nomor saraf serviks tersebut.
Saraf spinalis menuju ke alat-alat somatis, seperti kulit, otot-otot rangka, sehingga saraf ini bersifat somato motoris. Pleksus merupakan kumpulan anyaman-anyaman dari saraf spinalis. Pada vertebrata rendah terdapat 2 pasang pleksus, yaitu;
1) Pleksus servikobrakialis
2) Pleksus lumbosakralis
Pada vertebrata tinggi terdapat 4 macam pleksus;
1) Pleksus servikalis
2) Pleksus brakialis
3) Pleksus lumbaris
4) Pleksus sakralis
Pada kucing saraf spinalis berjalan lurus ke arah posterior, sejajar medulla spinalis karena saraf-saraf spinal memerlukan jarak yang cukup jauh untuk mencapai foramina invertebralis, sehingga membentuk seperti ekor, disebut kauda equina.
2. Saraf Kranial
Saraf kranilais merupakan hubungan antara saraf-saraf tepi dengan otak. Pada vertebrata terdapat 12 pasang saraf kraanialis yang keluar dari otak, yaitu:
I. Saraf Olfaktorius, bersifat sensoris, menuju ke alat pembau
II. Saraf optikus, bersifat sensoris, menuju ke alat penglihatan
III. Saraf okulamotorius, bersifat sensoris, menuju ke otot-otot mata
IV. Saraf trohlearis, bersifat motoris, menuju ke otot-otot mata.
V. Saraf trigeminus, bersifat motoris, menuju ke kulit sekitar lubang hidung
VI. Saraf abdusens, bersifat motoris, menuju ke otot-otot mata
VII. Saraf fasialis, bersifat motoris, menuju ke otot-otot muka
VIII. Saraf audittorius, bersifat sensoris, menuju ke alat-alat pendengaran dan keseimbangan.
IX. Saraf glosofaringeus, bersifat somatosensoris, menuju ke lidah bagian belakang
X. Saraf vagus, bersifat motoris, menuju ke alat-alat dalam atau visera
XI. Saraf Assesorius, bersifat motoris, menuju ke otot-otot tengkuk
XII. Saraf hypoglossus, bersifat motoris, menuju ke otot-otot lidah.

3. Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom terdiri atas neuron sensoris dan neuron motoris yang terdapat diantara sistem saraf pusat, khususnya di hypotalamus, jantung dan kelenjar. Aksi sistem saraf otonom berlawanan dengan sistem saraf somatosensoris, dan secara anatomi perbedaan ini adalah, sistem saraf otonom menghubungkan pusat saraf dengan alat tubuh yang terdiri dari dua rangkaian neuron. Neuron preganglion (neuron pertama) merupakan saraf yang menghubungkan pusat saraf dengan ganglion , dan neuron postganglion (neuron ke dua), merupakan saraf yang menghubungkan ganglion dengan berbagai alat tubuh.
Sistem saraf otonom terdiri atas dua bagian sistem saraf yaitu, sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Sistem Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis merupakan rangkaian dua neuron yang meninggalkan sum-sum tulang belakang dan tidak langsung menuju ke suatu alat tubuh, tetapi berakhir pada suatu sinaps di ganglion. Kemudian dengan perantaraan neuron yang lain, impuls dari ganglion menuju ke alat tubuh.
Sistem saraf simpatis biasa juga disebut sistem torakolumbar, karena dari vertebra toraks ke-1 sampai dengan vertebra toraks ke-8 muncul neuron preganglion, dan dari vertebra lumbar ke-1 sampai dengan vertebra lumbar ke-3.
Mulai dari vertebra toraks ke-1 sampai dengan vertebra lumbar ke-3 dari sumsum tulang belakang mempunyai tanduk ventral dan tanduk lateral. Pada tanduk lateral terdapat badan sel neuron preganglion dan akson preganglion umumnya bermielin, sedangkan akson pada postganglion tidak bermielin. Akson neuron preganglion melalui akar ventral meninggalkan sum-sum tulang belakang dan menuju ganglion paravertebral melalui ramus komunokantes putih.
Ada 3 cara yang dapat terjadi sehingga neuron perganglion sampai ke ganglion paravertebral, yaitu:
- Terjadi sinaps antara akson dengan neuron postganglion menuju ke pembuluh darah dan kelenjar keringat melalui komunikantes kelabu.
- Terjadi sinaps antara akson dengan neuron postganglion menuju ke alat dalam.
- Tidak terjadi sinaps antara akson dengan neuron postganglion paravertebral, akan tetapi di ganglion kolateral terjadi sinaps antara akson dengan postganglion menuju ke alat dalam.
Sistem Saraf Parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis merupakan 2 rangkaian neuron. Neuron preganglion disebut neuron pertama, dan neuron postganglion disebut neuron ke dua. Asetilkolin merupakan zat penghantar yang dihasilkan oleh neuron preganglion dan neuron postganglion, neuron tersebut disebut neuron kolinergik. Neuron yang menghasilkan zat penghantar noradrenalin, neuronnya disebut neuron adrenergik.
Sistem saraf parasimpatis disebut juga sistem saraf kraniosakral, karena dari neuron kranial dan neuron sakral keluar saraf preganglion. Dari daerah sakral ada 4 neuron tergolong saraf parasimpatis, yaitu saraf kranial ke-III (Neuron okulamotorius), saraf kranial ke VII (Neuron Fasial). Neuron kranial ke IX (Neuron glosofaringeus), dan saraf kranial ke X (Saraf vagus).

Sistem Rangka

SISTEM RANGKA
A. PENGERTIAN & BEBERAPA ISTILAH
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini meliputi eksoskeleton, dan endoskeleton. Eksoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja, atau keduanya, sedangkan endoskeleton secara embriologis berasal dari jaringan sub dermal, yaitu endoskeleton tulang, endoskeleton rawan dan korda. Eksoskeleton umumnya dijumpai pada hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal sebagai dermal skeleton. Endoskeleton umumnya dijumpai pada hewan vertebrata.
Dalam garis besarnya, terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan tulang atau rangka yaitu:
1. Istilah yang berkenaan dengan penampang atau bidang
a. Bidang median, yaitu bidang membujur dari depan ke belakang yang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan secara seimbang.
b. Bidang sagital/para sagital yaitu bidang membujur yang sejajar bidang median
c. Bidang coronal/frontal yaitu bidang membujur dari samping kiri ke kanan yang membagi tubuh menjadi belahan depan dan belakang secara seimbang dan tegak lurus dengan bidang median.
d. Bidang transversal, yaitu bidang melintang yang membagi belahan atas dan bawah. Belahan ini tegak lurus dengan bidang median dan coronal.
e. Bidang longitudinal, yaitu bidang yang mengikuti dimensi terpanjang dari organ dan tegak lurus terhadap bidang transversal.
f. Bidang obliqua, (serong) yaitu bidang yang membuat sudut lebih kecil atau lebih besar dengan bidang transversal.
2. Istilah yang berkenaan dengan bagian, arah dan lokasi
I. Ventral/anterior yaitu arah depan, jauh dari tulang belakang
II. Superior yaitu arah atas
III. Dorsal/posterior yaitu arah belakang, dekat dengan tulang belakang
IV. Rostral, yaitu arah kepala
V. Inferior, yaitu arah bawah
VI. Hipo/Sub yaitu di bawah
VII. Caudal yaitu arah ekor
VIII. Superfisial yaitu arah dekat permukaan
IX. Eksternal, yaitu arah luar
X. Internal, yaitu arah dalam
XI. Inter, yaitu antara
XII. Medial, yaitu arah tengah
XIII. Periferal, yaitu arah samping, jauh dari tengah
XIV. Proksimal, yaitu arah dekat dengan sumbu
XV. Distal, yaitu arah yang menjauhi sumbu
XVI. Apo, yaitu tambahan
XVII. Telo, yaitu jauh
3. Istilah yang berkenaan dengan bentuk-bentuk anatomis
a. Tonjolan tulang
1) Processus yaitu tonjolan yang agak besar dan agak panjang
2) Condylus yaitu tonjolan bundar (kepala) di atas bagian-bagian yang lebih kecil (leher)
3) Dentatum, yaitu tonjolan agak besar seperti gigi
4) Trochanter, yaitu tonjolan besar tetapi rendah
5) Cornu, yaitu tonjolan kecil seperti tanduk
6) Spina, yaitu tonjolan kecil agak panjang
7) Tuberculus, yaitu tonjolan rendah dan melebar
8) Prominentium, yaitu tonjolan cembung
9) Protuberantia, yaitu tonjolan di median yang di sebelahnya terdapat cekungan
10) Tuberositas, yaitu permukaan kasar tempat melekatnya otot
11) Crista, yaitu tonjolan agak tebal dan memanjang
12) Linea, yaitu tonjolan rendah yang memanjang atau melengkung
13) Lamina, yaitu tonjolan yang lebar dan tipis
14) Ala, yaitu tonjolan lebar dan tipis yang berada di sisi kanan dan kiri, sehingga terbentuk sayap.

4. Istilah yang berkenaan dengan lengkungan tulang
a. Pit, yaitu lekukan tajam berupa titik
b. Povea, yaitu lekuk dangkal dan sempit
c. Fossa, yaitu lekuk dalam dan sempit
d. Acetabulum, yaitu lekuk dalam dan lebar, sehubungan dengan cawan sendi
e. Fissura, yaitu lekukan tajam yang panjang
f. Sulcus, yaitu parit
g. Canalis/Meatus, yaitu saluran berbentuk tabung
h. Tubulus/Ductus, yaitu saluran berbentuk tabung
i. Lumen, yaitu bagian dalam dari suatu saluran
j. Foramen, yaitu lubang pada tulang
k. Sinus, yaitu rongga dalam tulang yang berisi udara
5. Bentuk-bentuk lain
1) Discus, yaitu lempengan datar yang berada di dalam sendi
2) Plana, yaitu lempengan datar
3) Sella, yaitu lempengan tulang berbentuk plana
4) Concha, yaitu lempengan tipis yang melengkung ke dalam
5) Squamosa, yaitu lempengan lebar yang agak melengkung
6) Trochlea, yaitu bentuk ujung tulang seperti gelembung
7) Pennatus, yaitu bentuk seperti bulu
6. Bagian-bagian tulang
a. caput/cranium, yaitu kepala
b. Columna, yaitu leher
c. Corpus/Trunchus, yaitu badan
d. Caudatum, yaitu ekor
e. Ephiphysis, yaitu bagian leher tulang panjang yang baru menjadi tulang keras setelah dewasa
f. Diaphysis, yaitu bagian tengah dari tulang panjang
g. Symphysis, yaitu persatuan tulang bagian kiri dan bagian kanan dari median
7. Hubungan antar tulang
Dua tulang yang berhubungan satu sama lain dan dipisahkan oleh selaput tipis jaringan yang lebih lemah dikatakan bersendian atau berartikulasi. Tulang-tulang tersebut dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan.
Persendian dapat digolongkan menjadi:
A. Diartrosis
Pada diartrosis memungkinkan terjadinya gerakan tulang yang bebas, biasanya sebagai persendiaan yang menghubungkan tulang-tulang yang panjang dan mempunyai mobilitas yang besar. Macam persendiaan ini ditandai dengan adanya kantung sinovial yang mengandung cairan sendi (cairan sinovial), yang berperan sebagai zat pelumas. Bila kantung ini baru, atau usia tua, rawan-rawan sendi menjadi menulang, maka persendiaan menjadi kaku dan akhirnya seperti terjadi ankilosis, sehingga persendiaan menjadi tidak bisa digerakkan.
Diartrosis merupakan bentuk sendi yang memiliki struktur paling kompleks, terdiri dari:
Diartrosis merupakan bentuk sendi yang memiliki struktur paling kompleks, terdiri dari:
• Kapsula artikularis (pembungkus sendi)
• Membran sinovial (selaput sinovial)
• Cartilago artikularis (lapisan tulang rawan)
• Cavum artikularis (mangkuk sendi)
Diartrosis meliputi:
Sendi peluru, misalnya hubungan antar tulang scapula-humerus dan pelvis-femur
Tulang engsel, misalnya hubungan antara tulang atlas dengan cranium
Sendi putar, misalnya hubungan antara radius-ulna
Sendi geser, misalnya hubungan antara zigpofisis dari vertebra yang berbatasan dan hubungan carpal-metacarpal
B. Sinartrosis
Tulang-tulang dipersatukan oleh jaringan tulang, tak terjadi gerakan atau pergerakan sangat terbatas, tidak mengandung struktur sinovil, misalnya sutura yang terdapat pada tulang-tulang tengkorak, sinartrosis, sinkondrasis dan sindesmosis.
1. Sinartrosis
Tulang-tulang dihubungkan oleh jaringan tulang, misalnya suturapada tulang tengkorak
2. Sinkondrosis
Tulang-tulang dihubungkan oleh tulang rawan hialin, dapat menjadi gerakan yang terbatas, misalnya hubungan antara tulang iga dan tulang dada
3. Sindesmosis
Tulang-tulang dihubungkan oleh jaringan ikat. Gerakan sangat terbatas misalnya sacrum-pelvis
4. Symphisis
Tulang-tulang tumbuh bersama dan bersatu di bagian median, misalnya hubungan tulang antar pubis

Tabel 1. Jenis-jenis tulang bersendian, macam sendi dan macam gerak
Tulang-Tulang Bersendi Macam Sendi Macam Gerak
Cranium Sutura -
Temporomandibularis Engsel Fleksi, Ekstensi
Cranium-Atlas Engsel Sirkumduksi
Atlas-Epistopheus Putar Inversi, Eversi
Corpus vertebrae Simpisis Fleksi, Ekstensi
Vertebrae-costa Engsel Abduksi, Adduksi
Costa-sternum Engsel Abduksi, Adduksi
Clavikula-sternum Engsel Abduksi, Adduksi
Clavikula-Scapula Sindesmosis Tak bergerak
Scapula-humerus Peluru Rotasi, Pronasi, Supinasi
Humerus-ulna Engsel -
Humerus-radius Meluncur Fleksi, ekstensi
Radius-ulna Putar Pronasi, supinasi
Radius-scaphoideum Engsel -
Ulna-lunatum, triguentum Engsel Fleksi-ekstensi
Ossis carpalis Diarthrosis Geser
Carpal-metacarpalis Elipsoid Sirkumduksi
Carpal-metacarpalis lain Engsel Abduksi, Adduksi
Metacarpal-phalangs Engsel Abduksi, Adduksi
Phalangs prox-medial Engsel Abduksi, Adduksi
Phlangs med-distal Engsel Abduksi, Adduksi
Vertebra- sacrum Peluru Fleksi, Ekstensi
Sacrum-cooccigis Sindesmosis -
Sacrum-pelvis Sindesmosis -
Antar pubis Simpisis Rotasi
Pelvis-femur Peluru Fleksi, Ekstensi
Femur-tibia Engsel Geser
Patella-femur-tibia Diarthrosis -
Tibia-fibula Sindesmosis Fleksi-Ekstensi
Tibia-tallus Peluru Inversi, eversi
Fibula-tallus peluru Fleksi, Ekstensi
Ossis- tarsalis Sindesmosis Inversi, eversi
Tarsal - metatarsalis Sindesmosis -
Metatarsal-phalangs Engsel -
Sesamoid – metatarsal Sindesmosis Fleksi, ekstensi
Phalans prox – medial Engsel Fleksi, ekstensi
Phalangs med - distal Engsel Fleksi, ekstensi

Pembagian Tulang
Berdasarkan ontogeninya, tulang dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Tulang intermembran yaitu tulang-tulang yang pembentukannya langsung berasal dari mesenkim atau jaringan ikat
b. Tulang endokondral yaitu tulang yang berasal dari perombakan pergantian rawan
Berdasarkan filogeninya tulang dapat dibedakan menjadi:
a. Tulang-tulang dermal, yaitu tulang-tulang yang berasal dari dermatom (mesenkim embrio), atau tulang-tulang yang homolog dengan tulang-tulang yang pada jenis-jenis hewan leluhur berasal dari mesenkim dermis.
b. Tulang-tulang non dermal, yaitu tulang yang tidak berasal dari dermatom dan bukan pula homolog dengan tulang dermal nenek moyang.
Secara topografis tulang (rangka) dapat dibedakan menjadi:
a. Rangka aksial, terdiri atas:
1. Cranium
2. Rangka post cranium yaitu:
- Ruas-ruas tulang belakang
- Rusuk
- Sternum
b. Rangka apendikular, terdiri atas:
1. Gelang pectoral (gelang bahu) dan gelang pelvik (gelang pinggul)
2. Anggota-anggota berpasangan (kaki, tangan dan sirip-sirip berpasangan)
3. Anggota tunggal (sirip-sirip median)
1. Cranium
Bagian dari endoskelet yang terdapat di kepala, ialah cranium atau tengkorak. Tengkorak dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu : neurokranium, splanchnocranium, dermocranium dan bagian yang terdiri dari fusinya dua buah vertebrae yang paling anterior dengan ujung belakang dari tengkorak
- NEUROKRANIUM
Neurokranium yang sebenarnya adalah tulang-tulang yang melindungi dan menyokong otak. Komponen-komponen pada neurokranium kolektif di dalamnya termasuk juga komponen kapsula indra yang tiga pasang itu, yaitu: kapsula, olfaktori, kapsula optik dan kapsula otik.
1. Kelompok mesetmoid
kelompok ini terdiri dari tulang mesetmoid yang berbentuk keping-keping tipis terletak vertikal. tulang ini terdiri dari penulangan pada trabekula komunis terdapat pada bangsa dipnoi, teleostei, dan eutheria. Bagian sisanya dari trabekula yang tumbuh menonjol ke depan di antara kapsula nasal membentuk septum nasal.
2. Kelompok stenoid anterior
Yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah tulang-tulang presfenoid (untuk yang non-mamalia disebut stenetinoid) yang tunggal dan letaknya di kiri-kanan presfenoid. Adanya tulang-tulang ini agak variabel, tetapi keduanya terdapat pada sekalian hewan-hewan Mamalia dan Aves
3. Kelompok stenoid posterior
Kelompok ini meliputi tulang-tulang sebagai berikut; basicfenoid terletak medial dan meliputi fenesta hipofise, pada hewan-hewan mamalia permukaan dorsal dari tulang ini memperlihatkan suatu kelenjar hipofise, yaitu selatur sika. Laterosfenoid atau pleursfenoid, terdapat di sebelah kiri dan kanan basicfenoid. Tulang-tulang semacam ini dapat ditemukan pada sekalian osteichthyes (kecuali dipnoi), ceneilidae, reptilia dan aves. Di tempat tulang-tulang ini pada hewan Mamalia terdapat tulang-tulang yang asalnya berbeda dan tidak homolog dengan pleurosfenoid, yaitu tulang-tulang eliefonoid. Tulang-tulang stenoid dari masing-masing kelompok maupun diantara kedua kelompok itu, biasanya memperlihatkan fusi-fusi , jadi satu tulang yang terdapat pada hewan dewasa dapat menunjukan tiga atau lebih tulang-tulang. Tulang-tulang majemuk semacam ini dinamakan tulang stenoid.
4. Kelompok oksipital
Dalam kelompok ini termasuk tulang-tulang sebagai berikut : eksoksipital, terdapat pada sekalian hewan-hewan vertebrata, membatasi sebelah kiri-kanan foramen magnum. Tulang ini tidak terdapat pada chodrocthyes, urodelia, anura dan amphibia purba. Supraoksipital merupakan batas sebelah dorsal dari foramen magnum, tidak terdapat pada sekalian osteichithyes (kecuali teleostei), amphibia (kecuali caccilidae) dan spenodon, kodil oksipital merupakan penonjolan dari tulangosiital untuk persendiaan dengan vertebrae yang pertama, dan secara primitif merupakan struktural tunggal. Eksosipital selalu turut dalam hal membangun kondil ini. Kondil yang tunggal dapat ditemukan pada reptilia (kecuali pada familia Amphisbacnidae) dan bangsa burung, disini kondil terutama dibangunkan oleh balioksipital. Kondil yang berpasangan terdapat pada amphisbacnidae dan mamalia. Taju oksipital yang berpasangan pada bangsa ikan dianggap homolog dengan kondil hewan-hewan tetrapoda.
Tulang-tulang pada kapsula indera adalah sebagai berikut:
a. Tulang-tulang kapsula olfaktori
Di dalam kapsula olfaktori hewan mamalia terjadi pertumbuhan tulang-tulang etmoturbinal, nasoturbinal dan maksiloturbinal. Kesemua tulang-tulang ini bersama-sama membentuk suatu tulang yang majemuk, memperlihatkan bentuk yang kompleks melipat-lipat dan bercabang-cabang. Tulang-tulang ini unik dari rongga hidung ini dikenal juga sebagai tulang turbinal (cochae nasal).
Permukaan dari tulang-tulang turbinal sebelah atas dan dalam posterior, diliputi epitelium olfaktori. Hal ini menyebabkan bertambahnya ketajaman penciuman, karena permulaan indera penciuman menjadi lebih luas tanpa menjadi lebih besarnya ukuran kapsula olfaktori. fungsi lain yang sangat pokok dari fungsi pernapasan ialah untuk memungkinkan “preconditioning” yang lebih baik, yaitu udara pernapasan disaring dan disesuaikan dulu dengan suhu tubuh.
b. Tulang-tulang kapsula optik
Kapsula optik tidak pernah mengalami fusi dengan neurokranium, sebenarnya dibangunkan oleh jaringan ikat yang sangat kukuh membentuk suatu seludang di sekililing bola mata dikena bagian seludang sklera. Di dalam seludang ini terdapat penulangan berupa keping-keping tulang yang tersusun sekeliling bola mata yang mengarah keluar, keping-keping ini dinamakan tulang-tulang skeleroid, terdapat pada bangsa burung (elang, burung hantu) dan beberapa bangsa kadal.
c. Kelompok tulang-tulang kapsula tik
Pada kapsula tik terdapat tulang-tulang sebagai berikut: prootik (padav mamalia disebut petrosal terdapat di sebelah anterior. Opistotik (pada mamalia disebut mastoid) terdapat di sebelah posterior. Prootik dan opistotik, namun terdapat pada hewan-hewan dewasa. Epiotik terdapat di sebelah atas pada neurokranium hewan-hewan non mamalia, tulang ini biasanya bersatu dengan tulang-tulang prootik dan opistotik membentuk suatu tulang yang majemuk, pterotik dan sfenotik.
Tulang-tulang dari kompleks otik sering sekali mengalami fusi dengan tulang-tulang apapun yang bersebelahan dengannya.
d.
- SPLACHNOKRANIUM
Komponen ini merupakan bagian dari skelet viskeral yang berasosiasi dengan kranium. Fungsinya meliputi peran-peran sebagai berikut : berperan sebagai rahang embrio atau sebagai tulang rahang hewan dewasa, seperti pada condrichthyes, berperan sebagai suspensor rahang, membantu dalam fungsi pendengaran, berperan sebagai penyokong otak.
Neurokranium dan splanchnokranium merupakan kranium primer yang berasal dari rawan yang pada pertumbuhan selanjutnya dapat sebagian atau seluruhnya terdiri dari tulang. Rawan dari bagian tengkorak pada kebanyakan amniosta dan teleostei dewasa, tunggal sedikit sekali.
Kranium atau bagian dari kranium yang dibangunkan oleh rawan untuk stadium apapun dari hewan dinamakan khondrokranium, sedangkan untuk bagian kranium yang terdiri dari tulang dinamakan osteokranium.
Skelet viseral yang turut membangun splanchnocranium adalah seluruh lengkung visceral dan sebagian lengkung visceral II. Adapun pada pokoknya skelet viskeral oleh tujuh pasang lengkung-lengkung viskeral; yaitu lengkung viskeral I disebut lengkung mandibular yang terdiri dari tiga macam rawan yang berhubungan dengan lengkung hioid, terdiri dari 3 macam rawan yang berturut-turut adalah:
1) Hiomandibular, berpasangan dikiri kanan, bersendian dengan regio otik dari kondrokranium
2) Centohial, berpasangan di kiri kanan
3) Basihial, tunggal, letaknya medial.
Lengkung-lengkung viskeral II sampai VI disebut lengkung-lengkung insang atau lengkung-lengkung brankhia, terdiri dari pasangan potongan rawan, faringobrankhial, epibrankhil, ceratobrankhial, ipobrankhial dan basibrankhial, lengkung mandibular.
Lengkung mandibular yang terdiri dari rawan-rawan palatokuadrat dan meckel, banyak pada cndrichthyes kedua elemen rawan ini berperan sebagai rahang atas dan rahang bawah.
Pada hewan vertebrata lainnya, kedua macam lengkung ini tidak merupakan rahang, melainkan sebagai skelet daerah mulut pada kulit embrio dan seterusnya merupakan rangka pokok untuk melekatkan tulang-tulang dermal yang mengandung gigi-gigi.

Sistem Respirasi

SISTEM RESPIRASI
A. PENGERTIAN & BEBERAPA ISTILAH
Organisme hidup selalu mengikat oksigen dan melepaskan karbondioksida. Oksigen dipergunakan oleh organisme dalam proses oksidasi dan selanjutnya membentuk racun bagi organisme itu sendiri. Bagi semua hewan yang telah berkembang tinggi, memerlukan oksigen untuk mempertahankan metabolismenya. Dimana oksigen dari udara yang dihirup masuk dan mengeluarkan karbondioksida dari hasil metabolisme sel-sel di seluruh tubuh. Proses yang berkaitan dengan pengikatan oksigen dan pelepasan karbondioksida disebut respirasi dan fungsi sistem respirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah dan melepaskan karbondioksida yang berlebihan dari darah. Pada hewan-hewan yang lebih kompleks, terdapat suatu struktur khusus untuk pertukaran O2 dan CO2 tidak secara langsung antara setiap sel dengan lingkungannya. Struktur tersebut, yaitu:
1) Mempunyai dinding tipis, permiabel untuk mempermudah difusi
2) Tetap dalam keadaan basah untuk memudahkan O2 dan CO2 larut
3) Mempunyai vaskularisasi yang baik.
Alat respirasi pada hewan vertebrata, berupa: insang (branchia) untuk hewan-hewan aquatik dan paru-paru (pulmo) untuk hewan hidup di darat.
INSANG (BRANCHIA)
Ada dua macam tipe insang, yaitu insang luar (branchia externa) dan inang dalam (branchia interna)
Insang luar bercabang-cabang, strukturnya seperti filamen atau bulu yang dibungkus oleh ektoderm dan tidak berhubungan dengan sakkus viseralis. Contohnya pada Chondrostei, Teleostei dan Amfibia.
Insang Dalam
Struktur insang dalam pada semua ikan sama, yang terdiri atas: skeleton viseralis, derivat arkus aorta, saraf kranialis, muskulus brankialis dan epitelium. Insang tersusun oleh filamen brankia atau lamella brankia yang terbentuk dari lipatan epitelium yang melapisi dinding lateral arkus viseralis, dan mempunyai anyaman kapiler darah. Struktur antara dua celah insang membentuk sakkus viseralis, dan bagian perifer arkus terbentuk septum brankialis yang terdiri atas jaringan ikat. Pada bagian arkus dekat farings, terbentuk “Gill rakers”. Deretan dari filamen brankia pada satu sisi arkus disebut hemibrankia dan deretan pada kedua sisi disebut holobrankia.
jumlah insang masing-masing pada: osteichthyes sebanyak 6 pasang, reptilia dan amfibia sebanyak 5 pasang, aves dan mamalia sebanyak 4 pasang. Arkus viseralis pada Ikan berfungsi sebagai penyokong insang. Arkus pertama disebut arkus mandibulare dan arkus viseralis II disebut arkus hyoideus. Celah antar arkus mandibulare dan arkus hyoideus disebut celah hyomandibulare. Pada Elasmobranchii, septum brankia berkembang baik dan celah hyomandibulare termodifikasi membentuk spirakulum, sedangkan pada Teleostei septum brankia mereduksi dan celah hyomandibulare menutup membentuk tutup insang atau operkulum.
Sistem respirasi pada manusia terdiri atas paru-paru dan saluran respirasi. Secara fungsional sistem respirasi dibagi menjadi bagian konduksi di proksimal yang menghubungkan bagian luar dengan bagian respirasi di distal, di tempat berlangsungnya gas antara darah dan udara yang dihirup. Bagian konduksi mencakup rongga hidung, farings ini merupakan saluran respirasi bagian atas, sedangkan larings, trakea dan sistem bronki yang bercabang-cabang merupakan bagian respirasi bagian bawah. Cabang terkecilnya bronkiolus, berhubungan langsung dengan bagian respirasi paru. Bronkiolus terdiri atas bronkioulus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli yang merupakan bagian terbesar dari volume paru. Udara yang masuk (udara inspirasi) melalui saluran respirasi dihangatkan dan dilembabkan. Selanjutnya udara inspirasi dibersihkan dari air, gas-gas yang terlarut, uap, udara, bakteri dan lain-lain yang disaring oleh rambut-rambut hidung atau diendapkan atau diserap oleh selaput lendir hidung.

HIDUNG
Hidung terdiri atas kerangka tulang dan rawan yang dibungkus jaringan ikat dan kulit. Hidung dibagi menjadi rongga hidung (Cavum nasale) kiri dan kanan yang dibatasi oleh septum hidung (Septum nasale). Bagian anterior yang terbuka dari rongga hidung adalah nares dan di posterior ke dalam farings. Rongga hidung dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan selaput lendir yang membatasinya, yaitu daerah respiratorius yang dibatasi oleh selaput lendir respirasi dan berperan dalam menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara inspirasi. Daerah olfaktorius yang dibatasi oleh selaput lendir olfaktorius, dimana terdapat reseptor pembau.

DAERAH OLFAKTORIUS
Pada manusia, selaput lendir olfaktoprius merupakan daerah yang kecil (sekitar 2,5 cm2 pada tiap sisi) di atap rongga hidung, bagian atas septum nasale dan bagian bawah konka nasalis superior. Epitel olfaktorius adalah epitel berlapis selindris dengan tebal 60 mikrometer dan pada keadaan segar keadaan berwarna coklat kekuningan karena sel penyokong berisi pigmen. Epitel olfaktorius terdiri atas tiga jenis sel, yaitu sel reseptor olfaktorius, sel penyokong (sel sustentakuler) dan sel basali.

Sel reseptor olfaktorius adalah neuron bipolar, tersebar merata diantara sel-sel penyokong (sel sustentakuler), inti bulat dikelilingi sedikit sitoplasma dan terletak pada pertengahan antara sel-sel penyokong dan sel-sel basal. Bagian apikal sel menyempit menjadi juluran silindris halus yang meluas ke atas permukaan epitel, dengan ujung melebar disebut bulbus olfaktorius, sedikit menonjol di atas permukaan sel-sel penyokong dan mengandung silia olfaktorius non motil (tidak bergerak), biasanya 6 – 10 silia. Misalnya pada kucing, panjangnya 70 mikrometer dan pada katak 150 mikrometer. Bagian basal sel olfaktorius meruncing menjadi juluran licin berdiameter 0,5 mikrometer merupakan akson dari sel saraf, yang menembus lamina basal ke dalam jaringan ikat di bawahnya, akson-akson membentuk berkas, sekitar 20 serat yang tampak secara mikroskopis disebut fila olfaktorius dan secara umum dikenal sebagai nervus olfaktorius (saraf kranial pertama)

SEL PENYOKONG (SEL SUSTENTAKULER)
Sel-sel penyokong berbentuk selindris, berisi pigmen yang menyebabkan epitel olfaktorius berwarna coklat kekuningan. Sel penyokong terletak diantara sel-sel olfaktorius dan memiliki mikrovili yang panjang yang berganung dengan silia olfaktorius dalam lendir yang menutupi permukaan epitel.
SEL BASAL
Sel basal, selnya kecil, terletak diantara basal sel-sel reseptor olfaktorius dan sel penyokong. Epitel olfaktorius dapat berdegenerasi bila ada yang cedera. Dengan diberi label timidin tritiat, sel-sel basal ternyata membelah dan berkembang menjadi sel sustentakuler atau sel olfaktorius. Ini merupakan salah satu contoh yang diketahui tentang pergantian sel saraf oleh sel induk pada hewan dewasa. Contohnya dari hasil eksperimen pada Rodentia, sel olfaktorius dapat membelah dan terjadi diferensiasi sel-sel basal. Juga pada Mencit, sel-sel sensoris olfaktorius dapat bertahan 2 sampai 3 minggu. Lamina propria dari mukosa olfaktorius menutupi jaringan ikat padat yang berisi kelenjar tubulo alveolar bercabang yaitu kelenjar Bowman, yang merupakan kelenjar serosa dan saluran keluarnya menuju ke permukaan epitel olfaktorius. Sekret sereus berfungsi sebagai pelarut zat-zat yang tercium (melarutkan odoran dari udara).

SINUS PARANASALIS
Sinus paranasalis adalah rongga yang berisi udara yang berhubungan dengan rongga hidung melalui lubang yang sempit. Sinus paranasalis dibatasi oleh selaput lendir yaang sama dengan rongga hidung, tetapi epitelnya dibangun oleh selapis silindris bersilia. Lamina propria sangat tipis dan berisi sedikit kelenjar. Lapisan lendir yang tipis menutupi seluruh rongga hidung, sinus paranasalis dan nasofarings. Dalam sinus paranasalis, silia bergetar ke arah rongga hidung, sedangkan silia di rongga hidung dan nasofarings bergetar ke arah orofarings. Lapisan lendir secara terus-menerus bergerak ke arah orofarings yang membersihkan zat-zat yang melekat.Sinus paranasalis berfungsi menghangatkan udara inspirasi.

LARINGS
Larings adalah organ berongga panjang 42 mm dan diameter 40 mm, terletak antara farings dan trakea. Larings berfungsi membentuk suara dan menutup trakea sewaktu menelan untuk mencegah masuknya makanan dan liur ke dalam saluran napas dan paru. Dindingnya dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid dan sepotong tulang rawan fibroelastis tipis, yaitu epiglottis. Larings diikat oleh muskulus ekstrinsik pada tulang hioid dan muskulus intrinsik berhubungan dengan tulang rawan tiroid dan krikoid, jika berkontraksi dapat mengubah tensi pita suara, dan otot larings adalah otot lurik (skelet). Pada masing-masing sisi larings terdapat dua lipatan mukosa menjulur ke dalamnya, yaitu pasangan atas disebut lipat vestibular (pita suara palsu) dan pasangan bawahnya adalah lipat suara (pita suara palsu) dan pasangan bawahnya adalah lipat suara (pita suara). Larings dipersarafi oleh percabangan saraf vagus.

BAGIAN KONDUKSI SALURAN NAPAS
TRAKEA
Trakea (G, tracheia = pita udara), mukosa trakea dibangun oleh epitel, lamina propria, submukosa, tulang rawan, kelenjar trakealis, tunika adventisia, pembuluh darah, pembuluh limf, dan saraf. Epitel trakea adalah epitel berlapis selindris yang terdiri atas sel bersilia, sel lendir (sel goblet) dan sel basal dengan inti tersusun berderet dekat membran basal. Pada penderita bronkitis kronis, sel-sel goblet meningkat dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan perubahan epitel setempat menjadi epitel berlapis pipih yang disebut metaplasia skwamosa. Epitel trakea dengan mikroskop elektron tampak terdiri atas delapan jenis sel yang berbeda-beda, yang saling bertautan oleh kompleks taut dengan mikroskop elektron tampak terdiri atas delapan jenis sel yang berbeda-beda, yang saling bertautan oleh kompleks taut dengan mikroskop elektron tampak terdiri atas delapan jenis sel yang berbeda-beda, yang saling bertautan oleh kompleks taut kedap, yaitu sel-sel bersilia; sel lendir = sel goblet menghasilkan lendir yang melapisi ujung silia; sel sikat (brush cell) mempunyai permukaan seperti sikat terdiri atas mikrovili, dianggap sebagai reseptor sensoris karena berhubungan sel saraf aferen; sel serosa, terdapat sekitar silia, berisi retikulum endoplasma kasar, sekretnya mempunyai viskositas yang rendah; sel intermedia; sel basal merupakan bakal untuk jenis-jenis sel-sel lainnya; sel clara, berperan dalam pembentukan surfaktan; dan sel endokrin (sel kulchitsky bronchial), fungsinya belum diketahui, diduga berperan dalam penerimaan rangsang kimia dan dalam pengaturan pertumbuhan lobular, lamina propria, terdiri atas jaringan ikat longgar dan serabut-serabut kolagen. Pada trakea terdapat kelenjar, terletak di submukosa dekat dengan tulang rawan dan jenis kelenjarnya, mukoserosa.
Trakea merupakan saluran napas lanjutan dari larings, panjangnya 12 cm dengan diameter 1,5 cm pada orang dewasa, dindingnya terdiri atas 16-20 keping tulang rawan hialin yang berbentuk C. Cincin tulang rawan tidak utuh dipisahkan oleh jaringan ikat fibro-elastis, sehingga memberi keluasan bergerak bagi trakea dan berfungsi untuk menahan tekanan dari luar yang dapat menutup jalan napas. Dinding posterior trakea terbuka (tidak dilengkapi oleh tulang rawan), tetapi terisi berkas otot polos melintang di kedua ujung tulang rawan.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat berisi lemak yang dilalui oleh pembuluh darah trakea (dari arteri tiroidea inferior dan pembuluh vena ke vena tiroidea inferior) dan saraf-saraf dari nervus vagus dan trunkus simpatikus. Tunika adventisia terletak sebelah luar membran fibro-elastis dan perikondrium, merupakan permukaan luar tulang rawan yang paling tebal. Trakea terbagi jadi bronkus cabang utama kanan dan kiri ke kedua paru.
BRONKUS DAN PARU-PARU
Kedua cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama, yang memasuki hilus paru, berjalan ke bawah dan luar, bercabang menjadi bronki lobar. Paru (L, pulmo, pl, pulmonales = paru) adalah sepasang organ, paru kanan dan paru kiri digantungkan pada akarnya dan ligamentum pulmonalis pada kedua belahan rongga toraks, dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan struktur lain dalam mediastinum. Paru kanan lebih besar dan lebih berat dari paru kiri karena penonjolan jantung lebih ke kiri. Paru kanan terdiri atas lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah, yaitu tiga lobus kanan atas, dua dalam lobus tengah, dan lima dalam lobus bawah. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan lobus bawah, yaitu lima lobus atas dan lima lobus bawah. Lobus dibagi menjadi unit yang lebih kecil disebut segmen bronkopulmonalis (bronki subsegmental), selanjutnya dibagi lagi menjadi lobulus. Permukaan luar paru dibungkus oleh selaput tipis disebut pleura viseralis. Pada saat lahir dan selama kehidupan, paru berwarna merah muda, tetapi dengan bertambahnya usia, secara progresif paru berwarna agak kelabu dan bahkan kelabu gelap. Hal ini terjadi karena penimbunan partikel karbon yang masuk melalui udara inspirasi dalam sel-sel fagositik di jaringan ikat, terutama jelas pada penduduk perkotaan dan perokok berat.

BRONKIOLUS
Tiap paru bercabang menjadi sejumlah cabang-cabang, sehingga disebut percabangan bronkus (bronchial tree = pohon bronkus). Dalam tiap paru, percabangan arteri pulmonalis (berisi darah venosa), arteri bronkialis (berisi darah arteri dari aorta), pembuluh limfa dan saraf mengikuti percabangan bronkus sepanjang bagian respiratorius. Tiap pembuluh bercabang menjadi kapiler-kapiler. Vena pulmonalis membawa oksigen dan darah dari paru ke jantung, sedangkan arteri pulmonalis, arteri bronkiolus dan saraf terletak antara dua sistem percabangan bronkus dari perifer sampai ke hillus. Jaringan ikat sepanjang vena membentuk septa besar disebut septa interlobaris yang membagi paru menjadi lobus, dan septa kecil membagi bronkopulmonalis disebut septa intersegmental. Bronkiolus berdiameter sekitar 0,3 – 0,5 mm, adalah generasi percabangan kedua belas sampai kelima belas dari pohon bronkus, dan berakhir pada bronkiolus terminalis, tidak terdapat pada tulang rawan, kelenjar dan lamina propria, tetapi dikelilingi oleh otot polos yang membentuk semacam anyaman longgar denga jaringan ikat dalam celah antar berkas. Otot polos pada dinding bronkiolus adalah relatif lebih tebal daripada bronkus, karena otot ini berkontraksi memberi efek yang lebih besar. Otot polos beristirahat pada waktu inspirasi dan berkontraksi mengerutkan lumen bronkioli pada waktu ekspirasi. Jika konstraksi terjadi terus, contohnya pada serangan asma, maka terjadi konstriksi bronkioli sehingga menyulitkan penderita untuk mengosongkan parunya selama ekshalasi. Pada tingkat bronkiolus tidak ada sel goblet dan epitelnya terdiri atas sel-sel kubus bersilia, dan sel-sel bronkiolar tanpa silia atau sel clara, sedikit sel endokrin dan sel sikat, serta sel intermedia.
BAGIAN RESPIRASI PARU
BRONKIOLUS RESPIRATORIUS

Bifurkasio bronkiouls terminalis menghasilkan bronkiolus respiratorius, yaitu lubang pendek berdiameter 0,5-0,2 mm. Pada manusia terdapat tiga generasi berturut-turut bronkiolus respiratorius yang merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Dinding dibatasi oleh epitel kubus, terdiri atas sel bersilia, sel Clara dan sel intermedia. Epitel dikelilingi oleh jaringan ikat dan otot polos. Bronkioulus respiratorius berbeda dengan bronkiouls terminalis, karena terdapat kantung-kantung yang menonjol keluar dari dindingnya disebut alveoli. (L, alveolus, singkatan alveus = kantung) diameter rata-rata 200 mikrometer, pada orang dewasa terdapat alveoli sebanyak 300 juta atau lebih, tempat terjadinya pertukaran gas, sehingga diberi nama bronkiolus respiratorius. Setiap kali bercabang, maka jumlah alveoli ini bertambah, sehingga sebagian besar dindingnya diganti oleh muaranya.

DUKTUS ALVEOLARIS
Percabangan bronkiolus respiratorius yang berbentuk saluran disebut duktus alveolaris, pada dindingnya terdapat banyak sekali alveoli dan berhimpitan, sehingga batas duktus tampak berupa penebalan tepian bebas septa diantara alveoli bersebelahan. Dinding saluran hanya mempunyai sekelompok epitel kubus yang tersebar dan membatasi kelompok kecil otot polos. Dan pada bagian akhir duktus alveolaris tidak ditemukan lagi otot polos. Setelah dua atau tiga kali bercabang,
setiap duktus alveolaris berakhir dalam sebuah ruang kecil disebut atrium, berupa lumen bersama atau vestibulum yang menghubungkan dengan dua atau lebih sakus alveolaris (kantung alveoli) atau empat atau lebih alveolus bermuara.

ALVEOLUS
Komponen fisiologik paling penting dari paru adalah alveoli pulmonar, yang komponen mirip kantung, sangat tipis pada ujung bronkioli respiratori, berdiameter rata-rata 200 mikrometer, pada orang dewasa terdapat alveoli sebanyak 300 juta atau lebih. Septa antar alveoli bersebelahan mengandung anyaman kapiler padat, serat-serat kolagen dan elasti halus yang dilapisi oleh epitel paru yang sangat tipis, terdiri dari 2 jenis sel, yaitu sel alveolar pipih (sel alveolar tipe-I), dan sel alveolar besar (alveolar tipe-II). Sel alveolar tipe I tebalnya 0,2 mikrometer, intinya pipih, tidak mengalami mitosis, tetapi bila terjadi kerusakan sel ini digantikan oleh sel alveolar tipe-II primitif kemudian differensiasi menjadi sel tipe-I. Barier difusi antara kapiler dan udara terdiri atas sitoplasma yang tipis dari sel endotel, dua lamina basalis (mungkin dipisahkan oleh jaringan ikat) dan sitoplasma yang tipis dari sel alveoli tipe-I. Sel alveolar tipe-II, bentuknya kubus, intinya besar dan bulat, sitoplasma berisi sejumlah vakuola yang berisi sitosom atau badan multilamelar, retikulum endoplasma kasar, aparatus golgi. Sitosom dibatasi oleh membran, berisi lamel-lamel merupakan lapis ganda fosfolipid bahan pembentuk surfaktan paru. Isi sitosom dilepaskan dari bagian apikal sel (eksositosis). Surfaktan adalah suatu lipid yang menurunkan tegangan permukaan pada permukaan antara udara dan cairan di alveoli untuk menjaga kestabilannya. Pengurangan tegangan sangat penting karena untuk mengisi alveoli dengan udara selama inspirasi, dimana usaha bernapas dilakukan. Contohnya pada bayi, segera setelah lahir melakukan gerakan inspirasi yang kuat, memaksa paru mengembang, sehingga surfaktan sangat penting disini, karena mencegah paru kolaps.
Antara kedua lapis epitel pada septa alveolar disebut interstisium dari paru, terdapat kapiler dan komponen serat, sel septa (fibroblas interstitial), sel mast dan sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli bersebelahan berlubang-lubang kecil, yaitu pori alveolar (pori khon), berdiameter 8-10 mikrometer dan ada sampai 60 mikrometer.

MAKROFAG ALVEOLAR

Permukaan respirasi paru berkontak terus-menerus dengan udara atmosfir sekitarnya karenanya terus-menerus terancam serangan mikroorganisme, debu dan partikel-partikel yang dihirup. Hal ini tidak dapat disingkirkan dari alveoli oleh pergerakan silia akan tetap disingkirkan oleh sel makrofag alveolar, secara aktif dan bergerak bebas memfagosit organisme-organisme tersebut. Makrofag berisi debu disebut sel debu (dust cell) berjalan secara amuboid dari alveoli ke bronkioulus, kemudian ditransformasikan ke atas melalui gerakan silia kecepatan 1 cm permenit dengan lapisan lendir ke farings dan ditelan.

PLEURA
Pleura (G, pleura-iga, pl. tempat) adalah kantung tertutup yang mengelilingi paru. Kedua sisi mediastinum terdiri atas dua lapisan, sebelah dalam lapisan viseralis disebut pleura pulmoner membungkus seluruh permukaan paru dan melanjutkan diri di hilus menjadi lapisan luar, terdiri atas selapis mesotel yang terletak di atas jaringan ikat padat tipis berisi serat-serat elastis; pleura parietalis membatasi permukaan dalam dinding dada dan sebagian diafragma, terdiri atas mesotel dengan jaringan ikat lebih tebal di bawahnya. Kedua lapisan dipisahkan oleh rongga pleura, dan keduanya merupakan membran serosa.

PEMBULUH DARAH
Paru menerima darah deoksigen dari jantung sebelah kanan yang bercabang menjadi arteri pulmonalis kiri dan kanan melalui percabangannya di dinding alveoli. Dari sini vena pulmonalis membawa darah kaya oksigen menuju ke atrium kiri jantung arteri bronkialis cabang aorta desendens, memperdarahi dinding percabangan bronkus dan pleura. Vena bronkialis mencurahkan darah yang lebih kecil dari arteri bronkialis. Arteri pulmonalis dan percabangannya mengikuti percabangan bronkus sampai duktus alveolaris, dimana ujung-ujung percabangannya berakhir pada pleksus kapilaris di dinding alveoli, kemudian darah dicurahkan melalui vena pulmonalis yang juga menerima darah dari kapiler-kapiler pleura. Vena pulmonalis berjalan dalam jaringan ikat segmental dan menuju ke vena pulmonalis. Vena pulmonalis juga membawa darah dari arteri bronkialis. Arteri pulmonalis adalah arteri tipe elastis, begitupula dengan vena pulmonalis berisi serta elastis tetapi tidak berbentuk lamina elastika.

PERSARAFAN
Paru menerima persarafan simpatis dari trunkus simpatikus dan parasimpatis dari nervus vagus, kedua jenis persarafan ini berperan dalam pembentukan pleksus pulmonalis anterior dan posterior dekat hilus. Serat-serat saraf mengikuti percabangan bronkus sampai sejauh duktus alveolaris dan mempersarafi otot polos dan kelenjar-kelenjar dengan saraf eferen, mukosa dengan saraf aferen. Rangsangan parasimpatis dari nervus vagus menghasilkan kontraksi otot polos percabangan bronkus dan sekresi kelenjar. Sebaliknya, rangsang simpatis atau pemberian zat-zat simpatomimetik, misalnya epinefrin untuk melebarkan bronkus.

Jaringan otot

JARINGAN OTOT
A. PENDAHULUAN
Jaringan otot bertanggungjawab untuk pergerakan tubuh, terdiri atas sel-sel otot yang terspesialisasi untuk melaksanakan kontraksi dan berkonduksi (menghantarkan impuls). Di dalam sitoplasmanya ditandai dengan adanya sejumlah besar elemen-elemen kontraktil) yang disebut miofibril yang berjalan menurut panjang serabut otot. Pada beberapa jenis otot, miofibril terdiri atas lempeng-lempeng terang dan gelap secara bergantian. Semua segmen gelap letaknya bersesuaian, demikian pula dengan segmen terangnya. Miofibril tersusun atas protein-protein kontraktil yaitu aktin dan meosin.
Pada dasarnya jaringan otot terdiri atas sel-sel otot yang sering disebut serabut-serabut otot. Jaringan otot pada dasarnya juga mengandung jaringan ikat yang biasanya menyelubungi otot.








Gambar 1. Jenis-jenis otot

B. JENIS-JENIS JARINGAN OTOT
Berdasarkan sifat-sifat morfologis dan fungsionalnya, otot dapat dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu:
Otot polos: terdiri atas kumpulan sel-sel fusiformis dengan inti tunggal, proses kontraksinya berjalan lambat dan tidak di bawah pengendalian kemauan sadar.
Otot rangka: terdiri atas berkas-berkas sel selindris yang sangat panjang dan berinti banyak serta memperlihatkan adanya garis-garis melintang, kontraksinya cepat, dan biasanya di bawah pengendalian kemauan sadar
Otot jantung: terdiri atas sel-sel individual yang panjang atau cabang-cabang yang berjalan sejajar dengan yang lain. Pada tempat perhubungan ujung ke ujung, terdapat discus intercalaris. proses kontraksinya berjalan lambat dan tidak di bawah pengendalian kemauan sadar.



1). OTOT RANGKA
Otot rangka disebut juga otot skelet (Skeletal muscle tissue), otot lurik (Striated muscle tissue) atau otot yang kerjanya di bawah kemauan sadar (voluntary mucle tissue).
Otot rangka terdiri atas berkas-berkas sel selindrik sangat panjang (sampai 4 cm) dan setiap sel serabut mengandung banyak inti. Diameter serabut otot rangka berkisar 10-100 µm. Inti yang banyak disebabkan oleh fusi mioblas (muscle stem cell) yang berinti tunggal. Inti terletak pada bagian perifer, di bawah membran sel.

Massa serabut otot rangka tersusun dalam berkas-berkas teratur yang dikelilingi oleh suatu sarung eksternal jaringan. Penyambung padat yang disebut epimisium. Dari epimisium terbentuk septum tipis jaringan penyambung yang berjalan ke dalam dan mengelilingi berkas-berkas serabut di dalam suatu otot. Septum tersebut dinamakan perimisium. Berkas serabut yang dibungkus oleh perimisium disebut fasikulus. Setiap serabut otot dikelilingi oleh suatu lapisan jaringan penyambung longgar.






Gambar 2. Struktur Otot Rangka

Endomisium, perimisium dan epimisium merupakan jaringan penyambung sejati yang mengandung campuran serabut kolagen, serabut elastik, fibroblas dan pembuluh darah. Peranan jaringan penyambung pada otot rangka adalah:
Mempersatukan serabut-serabut otot dan memungkinkan sejumlah gerakan bebas diantaranya,
Mengekatkan jaringan otot ke struktur-struktur yang berhubungan dengannya.
Sebagai trundeser mekanik untuk kekuatan yang dibangkitkan oleh kontraksi serabut otot.
Tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
Otot rangka mendapat persarafan melalui saraf craniospinal. Masing-masing serabut saraf bercabang-cabang menuju ke serabut otot, dan cabang-cabang ini mengadakan kontak dengan serabut otot. Tempat kontak tersebut dinamakan lempeng akhir motoris. Satu serabut saraf dan beberapa serabut otot membentuk suatu motor unit.




Gambar 3. Lempeng akhir motoris
 Sarkomer
Serabut otot yang dipotong secara longituginal memperlihatkan garis-garis terang dan gelap berselang-seling.
• Pita A (anisotropik) adalah pita gelap yang bersifat bias ganda dalam cahaya terpolarisasi
• Pita I (Isotropik) adalah pita terang yang tidak mengubah cahaya terpolarisasi.
• Garis Z adalah garis gelap yang membagi pita I
• Diantara dua garis Z (Zwischenscheibe), terdapat unit kontraktil terkecil dari serabut otot yang disebut sarkomer. Panjang sarkomer berkisar 2-3 µm
• Di tengah keping A tampak suatu keping terang tipis yang disebut keping H (Heller) yang hanya nampak jelas bila otot sedang dalam keadaan relaksasi.
Penyelidikan dengan mikroskop elektron menunjukan bahwa miofibril terdapat struktur-struktur yang lebih halus yang disebut miofilamen, yaitu miofilamen tebal dan miofilamen tipis yang tersusun sejajar dengan sumbu panjang miofibril.
Filamen tebal menempati Filamen tipis terdapat diantara dan sejajar dengan filamen tebal dan satu ujungnya melekat pada garis Z akibat dari susunan tersebut, pita I terdiri atas filamen tipis yang tidak overlepping dengan filamen tebal. Pada pita A, terlihat adanya daerah yang lebih terang di bagian tengahnya yang disebut pita H. Pita H merupakan bagian pita A yang hanya terdiri atas filamen tebal.
 Komposisi Filamen
Filamen-filamen otot rangka terdiri atas banyak protein, namun ada 4 protein yang sangat banyak dijumpai yaitu aktin, myosin, tropomiosin dan troponin.
Filamen tipis (fine filament) terdiri atas protein aktin, tropomiosin dan troponin. Filamen tipis memiliki diameter 50 A0 dan panjangnya 2µ filamen ini terletak melekat pada keping Z. Filamen tipis terdiri atas 2 molekul aktin globular berpilin membentuk pilihan ganda. Molekul tropomiosin terdapat sepanjang sisi pilinan sebagai molekul tipis dan panjang. Sedangkan molekul troponin terikat pada molekul tropomiosin pada jarak tertentu.
Filamen tebal (Rought filament) memiliki diameter 100 A0 dan panjangnya 1,5 µ, terdiri atas myosin saja. Filamen tebal terletak diantara filamen halus dan tidak melekat pada keping Z.
Total protein otot rangka terdiri atas 55% merupakan miosin dan aktin. Selain itu, terdapat protein kontraktil yang lain dalam jumlah yang sedikit, yaitu aktinin dan β-aktinin yang fungsinya belum jelas.




Gambar 5. Skema Filamen Tipis
Aktin terdapat sebagai struktur filamentosa (F-aktin) panjang yang terdiri atas benang-benang yang tersusun dari monomer-monomer globular (G-aktin) dengan diameter 5,6 nm dan saling berpilin dalam bentuk spiral ganda. Setiap monomer G-aktin mengandung tempat pengikatan untuk miosin.
Tropomiosin merupakan molekuler polar tipis dan panjangnya kira-kira 40 nm dan mengandung 2 rantai polipeptida dalam bentuk spiral α. Rantai polipeptida ini saling bergelung satu dengan yang lain. Molekul tropomiosin membentuk filamen yang berjalan sepanjang sisi luar dari alur 2 benang aktin yang berpilin. Dalam filamen tipis molekul tropomiosin ini menutupi molekul G-aktin dimana terdapat satu kompleks troponin pada permukaan tropomiosin.
Troponin merupakan suatu kompleks yang terdiri atas 3 sub unit yaitu:
a. TnT (troponin T) yaitu molekul troponin yang melekat erat pada saat tropomiosin.
b. TnC (troponin C) yaitu molekul troponin yang mengikat ion kalsium.
c. TnI (troponin I) yaitu molekul troponin yang menghambat interaksi aktin-miosin.
Myosin merupakan suatu molekul seperti batang tipis yang tersusun atas 2 spiral peptida yang saling berpilin dan berjalan dari satu ujung batang ke ujung yang lain. Pada satu ujung terdapat kepala yang merupakan penonjolan bulat kecil, dan memiliki tempat khusus untuk mengikat ATP dan aktin. Kepala merupakan bagian molekul myosin dimana terjadi semua reaksi biokimia yang terlihat dalam hidrolisis ATP. Reaksi biokimia yang terlibat dalam hisrolisis ATP. Molekul myosin dapat mengalami proteolisis dan pecah menjadi meromiosin ringan dan meromiosin berat.
Di dalam suatu otot yang sedang beristirahat, myosin tidak dapat berhubungan dengan aktin karena penekanan tempat pengikatan oleh kompleks troponin-tropomiosin pada filamen F-actin. Bila ion Ca tersedia, mereka berikatan dengan unit TnC dari troponin. Hal ini membuka tempat pengikatan aktif dari komponen bulat aktin, sehingga aktin bebas untuk berinteraksi dengan kepala molekul miosin. Hal ini diikuti dengan terjadinya hidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi serta energi. Hal ini menyebabkan pelengkungan kepala dan sebagian myosin yang seperti batang. Karena aktin berikatan dengan myosin, maka gerakan kepala myosin menarik aktin di atas filamen myosin dan terbentuk jembatan aktin dan myosin yang baru. Jembatan aktin dan myosin hanya terlepas setelah miosin mengikat satu molekul ATP baru.




Gambar 6. Permulaan Kontraksi Otot
 Sistem Tubulus Transversal
Untuk mengadakan suatu kontraksi yang uniform, otot rangka memiliki suatu sistem tubulus transversal (T) yang merupakan hasil invaginasi yang berasal dari sarkolemma, membentuk suatu jaringan tubulus kompleks yang saling beranastomosis dan melingkari hubungan A-1 tiap sarkomer dalam setiap miofibril (gambar 7)
Terkait pada sisi yang berlawanan tiap prosessus tubulus T adalah perluasan sisterna terminal dari retikulum sarkoplasmik. Kompleks khusus ini terdiri dari komponen SR-tubulus T-SR yang dikenal sebagai triad. Pada triad tersebut, depolarisasi tubulus T yang berasal dari sarkolemma dihantarkan melalui jembatan protein ke retikulum endoplasmik.







Gambar 7. Tubulus T

Pada gambar 7 memperlihatkan invaginasi sistem T (T dan 5) terjadi pada tingkat peralihan diantara pita A dan I dua kali dalam setiap sarkomer. Mereka berhubungan dengan sisterna terminal dari retikulum sarkoplasmik (3), sehingga membentuk triad. Diantara miofibril terdapat banyak mitokondria (4). Permukaan miofibril yang terpotong (1) memperlihatkan filamen tipis dan tebal. sarkolemma dikelilingi oleh lamina basalis (7) dan serabut retikulum (8).
2) OTOT POLOS
Otot polos terdiri atas sel-sel yang berbentuk kumparan panjang (30-200 µm) pada ujung penampang melintang, setiap sel otot polos memiliki sebuah inti yang terletak di tengah. Di dalam berkas otot polos, sel-sel fusiformis saling menutupi. Berkas-berkas tersebut tersusun menjadi beberapa lapisan. Di dalam berkas serabut sel-sel dibungkus oleh endomisium padat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen. Fasikulus dibungkus oleh jaringan penyambung yang disebut perimisium dan berkas otot polos dibungkus oleh epimisium yang memisahkan berkas otot yang lebih besar.




Gambar 8. Otot Polos
Sel otot polos dapat terbesar di dalam jaringan penyambung pada organ tertentu, misalnya prostat dan fesikula seminalis. Mereka dapat berkelompok untuk membentuk berkas otot yang kecil misalnya untuk membentuk berkas otot yang kecil misalnya musculus erector pili di dalam kulit atau menjadi jaringan yang menonjol dari suatu organ misalnya uterus.
Otot polos memiliki panjang yang bervariasi, terpendek dijumpai pada dinding pembuluh darah yaitu 20 µ dan terpanjang terdapat pada dinding uterus wanita yang sedang hamil, yaitu berkisar 0,5 mm. Rata-rata panjang otot polos antara 0,2 mm dan lebarnya 5-7 µ.
Di dalam sitoplasma (sarkolemma) terdapat mitokondria, badan golgi dan retikulum endoplasma kasar yang berkembang dengan baik serta butir-butir glikogen. Di bawah membran plasma (sarkoplasma) terdapat vesikula-vesikula yang tersusun berderet pada permukaan yang disebut kaveoli dan dianggap sebagai ganti sistem tubulus. Selain itu, juga dianggap sebagai ganti sistem tubulus, selain itu juga terdapat miofibril.
Miofibril pada otot polos homogen dan tersusun menurut panjang otot polos. Panjang miofibril kurang lebih 1 µ. Di dalam miofibril terdapat struktur-struktur yang lebih halus yang dapat disebut miofilamen. Miofilamen tidak menunjukan adanya garis isotrop dan anisotrop seperti pada otot rangka. Di dalam sel otot polos, berkas-berkas miofilamen tersusun silang menyilang secara melintang membentuk suatu jalinan seperti kisi-kisi.
Miofilamen otot polos tidak mengandung sistem tubulus (tubulus T) sebab diameternya sangat kecil. Filamen tebal mengandung myosin dan filamen tipis mengandung aktin. Berbeda dengan filamen tebal pada otot rangka yang memiliki satu daerah sentral yang kosong dengan kait (kepala meosin) pada kedua ujungnya. Sepanjang filamen tebal otot polos mempunyai kait-kait dengan daerah kosong pada kedua ujung filamen.
Pada otot polos dapat dibedakan atas 3 jenis filamen, yaitu;
Filamen tebal yang kaya meosin dan bersifat labil
Filamen tipis yang kaya aktin dan sifatnya stabil
Filamen intermediet, mengandung desmin pada otot polos vaskuler dan sinemin pada otot polos dan non-vaskuler dan vaskuler.
Pada filamen aktin, juga teradapat protein pengatur tropomiosin, namun tidak terdapat kompleks troponin. Walaupun kontraksi otot polos juga diatur oleh kadar kalsium intra sel, namun berbeda dengan otot rangka dan otot jantung. Pada otot polos terdapat protein kalmodulin yang berperan mengikat kalsium. Bila terdapat kalsium, maka kalmodium dengan prekuesor tidak aktif untuk menghasilkan enzim aktif yang memfosforilasi myosin. Reaksi fosforilasi diperlukan untuk interaksi aktin myosin, dan pada keadaan tanpa kalsium, terjadi defosforilasi dan serabut otot polos mengalami defosforilasi.
Otot polos dipersarafi oleh saraf simpatis dan saraf parasimpatis dari sistem otonom. Otot polos terdiri atas 2 jenis dengan fungsi yang berbeda, yaitu:
1) lapisan otot polos pada dinding saluran dan visera berongga yang mengalami kontraksi parsial secara terus-menerus atau berperan dalam kontraksi gelombang peristaltic. Otot polos ini disebut otot polos visceral
2) Lapisan otot polos yang membentuk sfingter yang mengadakan kontraksi berkekuatan tepat dan relatif cepat. Otot polos ini disebut otot polos multi unit.
Kadang-kadang saraf otonom berakhir dalam suatu rangkaian pelebaran di dalam jaringan penyambung endomesium. Di dalam pelebaran ini terdapat vesikula yang mengandung asetilkolin (saraf kolinergik) atau norepinefrin (saraf non adrenergik)
Otot polos biasanya memiliki kegiatan spontan bila tidak ada perangsang saraf. Oleh sebab itu suplai sarafnya berfungsi untuk mengubah kegaitan tersebut dan tidak memulainya seperti pada otot rangka. Otot polos bekerja menerima ujung saraf adrenergik dan kolinergenik yang bekerja berlawanan, merangsang atau menekan kegiatannya. Di dalam beberapa organ, saraf adrenergik menekan sedangkan pada beberapa organ yang lain terjadi sebaliknya.
Tergantung lokasinya di dalam tubuh, pada sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan, sistem urogenitalia, sistem pernafasan, otot polos berfungsi mengatur diameter lumen dan mobilitas sistem-sistem tersebut.
Pada saluran pencernaan, otot polos juga mengadakan kontraksi secara peristaltic untuk memudahkan pengangkutan dan pencernaan makanan. Pada sistem genitalia wanita, otot polos berfungsi untuk mendorong sel telur dan sperma agar dapat bertemu dan terjadi pembuahan. Pada pembuluh darah, otot polos berfungsi membantu memperlancar distribusi aliran darah di dalam tubuh.
3) OTOT JANTUNG
Sel otot jantung tidak bersatu menjadi sel sinsitium seperti otot rangka, tetapi membentuk suatu hubungan kompleks diantara juluran-julurannya yang melebar. Kesan ini merupakan kesan apabila otot jantung diamati dengan mikroskop cahaya. Pengamatan dengan mikroskop elektron menunjukan bahwa serabut-serabut otot jantung berdiri sendiri. Tidak bercabang dan pada ujung serabut otot dihubungkan dengan serabut otot lainnya melalui pertautan sel. Celah-celah sempit yang terdapat diantara serabut-serabut otot mengandung endomisium yang membawa pembuluh darah dan pembuluh limfe ke dekat serabut otot.




Gambar 9. Otot Jantung
Serabut otot jantung dewasa menunjukan suatu pola bergaris melintang, dimana setiap serabut otot mengandung inti satu atau dua yang terletak pada bagian tengah. Selain itu pada otot jantung terdapat garis-garis khusus yang disebut discus interkalaris yang merupakan hubungan atau pertemuan antar serabut otot yang dibentuk oleh membran sel pada ujungnya yang saling berhubungan dengan erat dan saling berkaitan melalui kompleks tautan (junction compleks). Hubungan ini terlihat sebagai garis-garis lurus atau menyerupai tangga. Kompleks tautan terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1) Zonula adherens, pengkhususan membran yang berfungsi sebagai tempat perlekatan untuk filamen aktin dari sarkomer terminal.
2) Mokula adherens (desmosom), mempersatukan otot jantung untuk mencegah pemisahan mereka dalam kegiatan kontraksi yang terus menerus.
3) Gap junction, terdapat sepanjang bagian transversal discus interkalaris yang memungkinkan komunikasi ionic diantara sel-sel yang berdekatan.
Dengan demikian fungsi dari discus interkalaris adalah menyediakan tempat perlekatan yang kuat antara sel-sel, meneruskan tarikan antara sel-sel, dan memungkinkan terjadinya komunikasi listrik antar sel-sel yang berdekatan.
Pada otot jantung terdapat keping A, I, H, Z dan discus interkalaris. Selain itu, terdapat suatu sistem yang disebut serabut-serabut purkinye. Serabut purkinye merupakan serabut-serabut biasa yang sudah termodifikasi. Perbedaannya adalah jumlah miofibrilnya sedikit dan tersusun perifer. Antara miofibril-miofibril dan inti diisi oleh sarkoplasma.
Dalam sarkoplasma sel otot jantung terdapat miofibril, mitokondria, badan golgi, retikulum endoplasma, lipida dan glikogen. Mitokondria banyak dan besar terdapat diantara miofibril dengan kutub-kutub sel. Jumlah mitokondria yang banyak menunjukan kebutuhan energi yang besar dan terus-menerus. Mitokondria umumnya berjalan tegak lurus miofibril pada pita T. retikulum sarkoplasma kurang berkembang baik, dan tidak memiliki sisterna terminal yang besar, dan terutama terdiri atas sarkotubulus yang sempit dan mempunyai hubungan erat dengan bagian miofibril.

Jaringan ikat

BAB II
JARINGAN IKAT
A. PENDAHULUAN
Jaringan ikat atau jaringan penyambung bertanggungjawab untuk memberikan dan mempertahankan bentuk tubuh, karena mempunyai suatu fungsi mekanis. Mereka terdiri dari suatu matriks yang berfungsi menghubungkan dan mengikat sel dan organ dan pada akhirnya memberikan sokongan kepada tubuh. Berbeda dengan jaringan lain (epitel, saraf dan otot). Jaringan penyambung terutama berfungsi melalui komponen ekstra selnya.
Jaringan ikat berasal dari lapisan embrional mesoderm dengan beberapa pengecualian misalnya jaringan ikat pada sistem saraf yang disebut neuroglia berasal dari ektoderm embrional. Ciri khas dari jaringan ikat adalah mempunyai komponen seluler yang sedikit bila dibandingkan dengan substansi interselulernya.
Sebenarnya unsur utama jaringan penyambung adalah matriks ekstra selnya yang terdiri atas; (1) serabut-serabut protein, (2) zat dasar amorf, dan (3) cairan jaringan yang terutama terdiri atas air dan zat-zat terlarut. Di dalam matriks ekstrasel terdapat jenis-jenis sel khusus jaringan penyambung.
Dipandang dari segi komposisi struktural, jaringan penyambung dibagi menjadi 3 komponen, yaitu (i) sel, (ii) serabut, dan (iii) zat dasar.









Gambar 1. Jaringan ikat beserta komponen-komponen penyusunnya


B. FUNGSI JARINGAN PENYAMBUNG
Jaringan penyambung dapat berfungsi sebagai penyokong, pengikat, pengisi, pembungkus, penyimpanan, pertahanan, perbaikan, transportasi dan nutrisi pada berbagai jenis hewan.
1. Penyokong, Pengikat, dan Pengisi
Jaringan epitel, jaringan otot dan jaringan saraf satu sama lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung. Selain itu, jaringan penyambung mengisi ruang-ruang diantara sel-sel. Tendo atau urat merupakan jaringan penyambung yang menyokong atau menghubungkan antara jaringan otot dan tulang.
2. Pembungkus
Jaringan ikat membungkus jaringan lain, biasanya merupakan bentuk selaput atau kapsul yang mengelilingi organ tubuh misalnya, kapsula dan ginjal dan meninges yang membungkus otak.
3. Penyimpanan
Berbagai jenis lipida yang penting sebagai cadangan makanan disimpan dalam bentuk adipose yang kaya dengan glikosaminoglikan. Jaringan ikat kendur berfungsi sebagai penyimpanan cadangan air dan elektrolit, terutama ion Na+. Sepertiga bagian protein plasma tubuh disimpan dalam ruang-ruang intraseluler jaringan ikat.
4. Pertahanan
Peranan jaringan penyambung dalam pertahanan tergantung pada komponen selulernya. Jaringan penyambung mengandung sel-sel fagositik yang disebut makrofag yang mampu memakan partikel-partikel dan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Sel plasma menghasilkan protein khusus yang disebut antibody yang dapat memberantas keaktifan biologik bahan-bahan yang berbahaya dalam tubuh., Selain itu komponen matriks jaringan penyambung merupakan suatu rintangan fisis dalam menghalangi penyebaran mikroorganisme yang menembus rintangan epitel. Sel-sel limfosit dapat melintasi kapiler darah dengan cara diapelisis yang berperan dalam perondaan tubuh
5. Perbaikan (Reparasi)
Kemampuan regenerasi jaringan penyambung yang tinggi dapat dengan mudah memperbaiki jaringan yang mengalami implamasi atau rusak (luka). luka pada jaringan yang selnya tidak mampu membelah diri lagi akan diisi oleh jaringan ikat yang membentuk parut.
6. Transportasi
Ada hubungan yang erat antara kapiler darah, pembuluh darah dan jaringan ikat. Kedua pembuluh ini selalu dihubungkan oleh jaringan penyambung yang membantu membawa nutrisi dari pembuluh darah ke jaringan yang lain.
7. Nutrisi
Matriks jaringan penyambung berfungsi sebagai media dimana nutrien dan sampah metabolisme dipertukarkan diantara sel-sel dan suplai darah yang mengandung zat-zat gizi.






C. KOMPONEN JARINGAN IKAT
1. Komponen Seluler
a. Fibroblast
Fibroblast memiliki tonjolan-tonjolan sitoplasma yang tidak teratur, inti bulat telur, besar, kromatin halus, dan memiliki nukleolus yang jelas. Di dalam sitoplasma, terdapat Retikulum Endoplasma granuler dan badan golgi yang berkembang dengan baik.










Gambar 2. Fibroblas dan Fibrosit
Fibroblas merupakan sel yang paling sering ditemukan dan paling penting dalam jaringan ikat. Fibroblast berfungsi untuk mensintesis matriks ekstraseluler seperti serabut kolagen, serabut elastis dan zat-zat amorf, selain itu ia berperan pengikat matriks ekstraseluler untuk membentuk jaringan dan mempercepat penyembuhan luka.

Bentuk fibroblast bervariasi. Pada jaringan ikat padat teratur. Fibroblast tampak berbentuk fusiformis diantara serabut-serabut jaringan. Pada jaringan ikat longgar dijumpai berbentuk bintang atau stellata sebagai akibat serabut-serabut jaringan ikat yang tidak teratur. Fibroblast yang dewasa disebut fibrosit.

Fungsi biologik fibroblast adalah berdifferensiasi untuk mensintesis dan mensekresikan matriks ekstraseluler. Sintesis dan sekresi fibroblast mencakup kolagen, fibronektin, glikoprotein dan proteoglikan. Fibroblast membantu mensintesis glikokonyugat ekstraseluler. Fibroblast memiliki banyak mikrofilamen aktin serta mikrotubul

b. Makrofag
Dibedakan berdasarkan kesanggupannya yang besar untuk berpinositosis dan fagositosis, bukan dengan sifat-sifat morfologinya, sebab bentuknya berubah-ubah sesuai dengan keadaan fungsional dan lokasinya. Makrofag memiliki kemampuan untuk mengembara dengan gerakan amoeboid.

Diameter makrofag berkisar 20 nm, nucleus satu dengan satu lekukan yang jelas, banyak mengandung butir eukromatin. Sitoplasma mengandung banyak vakuola fagositik dan lisosom primer. Fusi diantara keduanya membentuk fagosom.

Makrofag bekerja sebagai fagosit dan tersebar diseluruh bagian tubuh yang masih hidup yang panjang serta berhubungan dengan sistem fagosit monokuler seperti stem cell, sumsum tulang belakang. Monosit dalam darah perifer, monoblast dalam sumsum tulang, histosit dalam jaringan ikat. Sel kuffer dalam sinusoid hati, makrofag alveolar dalam cairan serosa tubuh, mikroglia di dalam susunan saraf pusat, dan osteoklas di dalam sel tulang.









Gambar. 3Makrofag.....

Fungsi biologis makrofag meliputi;
 Fungsi fagositik non-spesifik, misalnya sel makrofag alveolar yang terdapat di paru-paru dan berperan memfagositosis asap rokok, polusi industri, debu dan sebagainya
 Fungsi fagositik spesifik, dilakukan oleh sel makrofag yang memiliki reseptor permukaan sel yang mengenal residu protein dan karbohidrat tertentu dari dinding sel bakteri. Fagositosis spesifik terjadi melalui cara opinasi dan sel memori. Opinisiasi yaitu proses dimana membran sel mikroorganisme dilapisi oleh imunoglobin dan resepetor sel mengenal molekul imunoglobin tersebut. Sel memori suatu proses fagositik dimana bakteri yang memasuki tubuh menimbulkan respon imun karena sifat permukaan selnya dikenal sebagai benda asing.
 Makrofag juga bersifat kemotaksis yaitu meningkatkan gradiensi konsentrasi sistem komplemen tertentu pada tempat peradangan, dan meningkatkan sel fagositik pada tempat peradangan
c. Sel Plasma
Sel plasma terdapat dalam jumlah yang sedikit di dalam jaringan ikat, namun mereka banyak dijumpai pada tempat-tempat yang mudah dan sering ditembus bakteri dan protein asing misalnya mukosa usus

Sel plasma merupakan sel-sel yang besar, berbentuk bulat telur dan mengandung banyak retikulum endoplasma kasar. Inti berbentuk speris dan mengandung heterokromatin padat dan kasar.







Gambar 4. Ilustrasi sebuah sel plasma

Sel plasma berfungsi untuk sintesis antibody. Setiap antibody disintesis khas untuk satu antigen yang menyebabkan produksi anti body yang bereaksi dengannya. Proses sintesis antibody terjadi oleh adanya hubungan seluler antara makrofag yang memfagosit antigen dengan sel plasma. Oleh sebab itu makrofag disebut sebagai penyaji antigen.

Makrofag yang telah memfagosit benda asing akan (i) menginduksi munculnya sel plasma yang membentuk antibody khas terhadap benda asing tersebut, dan (ii) mengeluarkan zat yang mengandung informasi mengenai benda asing tersebut kepada sel plasma membentuk antibody khas terhadap benda asing tersebut
d. Mast Cell
Sitoplasmanya mengandung butir-butir kromatin. Bentuk selnya bulat, inti bulat dan terdapat di tengah, banyak dijumpai pada lamina propria di bawah mukosa epitel dari organ-organ visera. Permukaan mast cell mengandung reseptor khusus untuk IgE, sejenis imunoglobin yang dihasilkan oleh selaput plasma. Mast cell dapat melepaskan zat antikoagulan yaitu heparin. Selain itu, juga menghasilkan histamin yang dapat menyebabkan kontraksi otot polos, dilatasi kapiler serta meningkatkan permibialitas, selain itu menghasilkan ECFA (Eosinofil Chemotactic Factor of Anaphylaxis) dan SRS. A (Slow Reacting Substance of Anaphylaxis) pada kondisi tertentu. Mast cell berfungsi mengikat IgE dan berperan dalam reaksi alergi, menarik eosinofil dan menyebabkan kontraksi otot polos.
e. Sel Lemak
Umum dijumpai pada jaringan ikat areolar, dapat sendiri-sendiri atau berkelompok. Bila kelompok sel-sel tersebut besar, maka ia akan membentuk suatu jaringan yang disebut jaringan lemak atau jaringan adipose. Biasanya dijumpai pada bagian hypodermis kulit.


f. Leukosit
Salah satunya adalah jaringan limfosit. Limfosit ada yang berumur panjang hingga beberapa bulan disebut limfosit T, dan ada yang berumur pendek disebut limfosit B. Limfosit T berperan dalam reaksi imun sedangkan limfosit B menghasilkan sel plasma yang dapat membentuk antibody sesuai dengan antigen.

Eosinofil merupakan jenis leukosit yang sitoplasmanya banyak mengandung granula (lisosom). Inti sel biasanya berlobus dua. Basofil adalah bentuk leukosit yang mengandung granula dengan komposisi dan fungsi sama dengan mast cell.








Gambar 5. Beberapa jenis sel darah putih


g. Kromatofor (Sel Pigmen)
Kromatofor pada mamalia umumnya jarang dijumpai, namun demikian ia dapat dijumpai pada selaput pigmen pada mata, dan lapisan dermis pada kulit. Sel ini memiliki juluran sitoplasma yang panjang-panjang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen. Bila pigmen yang dikandungnya berwarna, misalnya melanin, maka selnya disebut melanofor, bila pigmennya berwarna perak disebut guanofor, bila warna merah disebut eritrofor, dan bila warna kuning disebut lipofor.

Sel-sel jaringan ikat berkembang dari sel-sel mesenkim, misalnya menjadi mast sel, sel-sel endotel, dan sel lemak.








Gambar 6. Perkembangan Sel-sel jaringan ikat

2. Serabut Jaringan Ikat
Ada 3 jenis serabut jaringan ikat, yaitu serabut kolagen, serabut elastik dan serabut retikuler. Ketiga jenis serabut tersebut didistribusi secara seimbang diantara berbagai jenis jaringan penyambung:
a. Serabut Kolagen
Serabut ini paling banyak dijumpai dalam jaringan ikat. Dalam kedaan segar berupa benang-benang yang tidak berwarna, tetapi bila terdapat dalam jumlah besar, ia tampak berwarna putih misalnya pada tendon. Serabut kolagen juga dapat dijumpai pada mesenterium dan terlihat sebagai struktur panjang selindris yang berliku-liku dan memiliki garis-garis longituginal. Diameter serabut koalgen berkisar 1-20 µm, terdiri atas fibril-fibril yang lebih halus dengan diameter berkisar 0,2-0,5 µm, dilihat dengan mikroskop cahaya, serabut kolagen berwarna merah dengan pewarnaan eosin dan biru dengan pewarnaan trikom Mallory dan hijau dengan pewarnaan trikom massom.
b. Serabut Elastik
Serabut elastik mudah dibedakan dari serabut kolagen, sebab serabut elastik lebih tipis dan tidak memiliki garis-garis longituginal. selain itu, serabut elastik bercabang-cabang dan satu sama lainnya bersatu membentuk suatu jaringan yang tidak teratur. Dalam keadaan segar dan dalam jumlah yang banyak tampak berwarna kuning.
c. Serabut Retikuler
Serabut retikuler sangat halus dengan diameter kurang lebih sama dengan fibril pada kolagen dan terutama dijumpai pada organ-organ hematopoietik, misalnya lien, nodus limpatikus dan sumsum tulang merah.
D. PEMBAGIAN JARINGAN PENYAMBUNG
Pembagian jaringan penyambung adalah sebagai berikut:
1. jaringan Ikat sesungguhnya
a) Jaringan Ikat Longgar/Jaringan ikat jarang/Jaringan ikat areolar
b) Jaringan Ikat Padat
- Jaringan Adiposa
- Jaringan Ikat Padat tidak teratur
2. Jaringan Ikat dengan Sifat-sifat Khusus
a) Jaringan adipose atau jaringan lemak
b) Jaringan Retikuler
c) Jaringan Hematopoietik
3. Jaringan Ikat Khusus atau Jaringan Penyokong
a) Tulang rawan
b) Tulang
 Jaringan Ikat Longgar/areolar
Jaringan ikat longgar mengisi ruang diantara serabut dan sarung otot, menyokong jaringan epitel dan membentuk suatu lapisan yang mengelilingi pembuluh limfe dan pembuluh darah. Jaringan penyambung longgar terutama dijumpai pada lapisan papilla dermis, di dalam hypodermis, di dalam lapisan serosa kavum peritoneum dan pleura dan di dalam kelenjar serta membran mukosa (membran lembab yang melapisi organ berongga).






Gambar. 7 Jaringan Ikat Longgar
Ciri khas jaringan ikat longgar adalah;
1) Elemen-elemen selulernya terletak berjauhan oleh substansi intrasel
2) Substansi dasar amorf merupakan unsur pembentuk substansi intrasel utama
Komponen-komponen jaringan ikat longgar meliputi;
1) Elemen-elemen seluler berupa fibrosit, sel mast, makrofag, leukosit dan sebagainya
2) Serabut intra sel atau serat, ekstra seluler meliputi serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut retikuler
3) Elemen intrasel atau substansi dasar amorf atau substansi ekstra seluler terutama berupa proteoglikan dan glikoprotein
Ada 2 tipe jaringan ikat areolar yaitu
a) Jaringan ikat gelatinosa
Jaringan ikat gelatinosa merupakan jaringan ikat longgar dimana substansi ekstraselulernya menyerupai sel. Matriks antar selnya disebut matriks gelatinosa. Pada jaringan ikat ini terdapat banyak ruang intermolekuler yang berisi cairan jaringan. Fungsi ruang intermolekuler dan cairan jaringan adalah (i) memperlancar diffusi oksigen dan makanan dari kapiler di dalam jaringan ikat kepada sel-sel, (ii) meningkatkan diffusi efektif produksi tambahan metabolic dari darah yang berlawanan. Jaringan ikat gelatinosa terdapat pada funikulus umbilikus. Disini jaringan ikat selain berfungsi seperti disebutkan di atas, juga berperan sebagai bantalan untuk mencegah terjepitnya pembuluh darah yang terapit di dalam funikulus umbilikus
b) Jaringan ikat embrional





Gambar 8. Jaringan Ikat Embrional


 Jaringan Ikat Padat
Memiliki komponen-komponen yang kurang lebih sama dengan jaringan ikat longgar, tetapi unsur serabutnya lebih dominan. Jaringan ikat padat memiliki jumlah sel yang lebih sedikit dari pada jaringan ikat longgar. Fibroblas merupakan elemen seluler yang paling banyak. Jaringan ikat padat kurang fleksibel, namun sangat resisten terhadap stress.
Berdasarkan orientasi serabut-serabut penyusunnya, jaringan ikat padat terdiri dari 2 tipe, yaitu;
a) Jaringan ikat padat teratur
Jaringan ini mengandung serabut-serabut dengan orientasi yang teratur. Berdasarkan jenis serabut dominan yang menyusunnya, maka jaringan ikat padat teratur dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1) Jaringan ikat padat kolagen
Jaringan ini mempunyai serabut kolagen yang dominan, dijumpai antara lain pada tendon dan ligamentum





Gambar 9. Tendon
Tendon merupakan serabut kolagen yang berhimpitan padat dan berjalan secara paralel dengan deretan inti fibrosit. yang terjepit diantaranya, pada tendon sel-sel fibrosit, merupakan sel yang menghasilkan serabut kolagen. Diantara berkas serabut-serabut kolagen terdapat pembuluh darah, namun masih jarang terlihat.

Sejumlah tendon dibungkus oleh selubung yaitu pada tempat adanya gesekan tulang atau benda lain. Pada dasarnya selubung tendon terdiri atas 2 lapisan, yaitu;
 Lapisan luar berupa tabung yang terdiri atas jaringan ikat yang melekat pada jaringan di sekitarnya
 Lapisan dalam yang langsung membungkus tendon dan melekat padanya. Diantara kedualapisan tersebut terdapat celah sempit yang berisi cairan sinovial yang berfungsi sebagai peredam getaran. Permukaan dalam selubung luar dan permukaan luar selubung dalam tidak dilapisi oleh sel-sel secara utuh dan hanya terdiri atas serabut kolagen, sehingga permukaannya licin dan dapat saling bergesekan
Ligamen merupakan jaringan ikat padat teratur yang mengandung serabut kolagen yang mengikat tulang dan sendi, terdiri atas berkas-berkas serabut intersel yang bergabung padat dengan deretan fibrosit yang terjepit diantaranya, serabut longituginal, pada kebanyakan ligamentum adalah serabut kolagen, namun diantaranya terdapat serabut kolagen yang lebih halus dan sejumlah serabut elastis.
2) Jaringan ikat padat elastin
Jaringan ikat padat elastin merupakan jaringan ikat padat teratur yang terdiri atas berkas-berkas serabut elastis yang tebal dan berjalan sejajar, dan diantara setiap berkas serabut terdapat; (a) sedikit anyaman jaringan ikat longgar, (b) fibroblast muda yang mirip dengan fibroblast pada tendon, dan sedikit serabut kolagen.

Banyaknya serabut elastis menyebabkan jaringan ini berwarna kuning dan memiliki elastis yang besar. Tipe jaringan ini jarang ditemukan, namun biasanya dijumpai pada ligamen elastis seperti ligamen suspensorium penis, dan ligamen kuning pada kolumna vertebrae.

b) Jaringan ikat padat dan tidak teratur
 Jaringan Adiposa
Jaringan adipose merupakan jaringan ikat dengan sifat yang khusus, terdiri atas sel-sel lemak yang disebut sel-sel adiposity yang menonjol. sel-sel ini dapat ditemukan sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok kecil di dalam jaringan ikat itu sendiri, tetapi sebagian besar ditemukan di dalam jaringan adipose yang tersebar di seluruh tubuh. Jaringan adipose penting sebagai suatu tempat penyimpanan lipida yang merupakan sumber energi bagi tubuh







Gaambar 10. Jaringan Adipose

 Jaringan Retikuler
Jaringan ikat retikuler merupakan jaringan ikat dengan sifat khusus yang hanya terdapat pada limfa, limfonodus, matriks tulang dan pembuluh darah hati. Jaringan retikuler terdiri atas sel-sel retikuler dan serabut-serabut retikuler yang disintesis oleh sel-sel retikuler, Oleh sebab itu jaringan retikuler dijumpai pada organ yang menghasilkan sel-sel darah dan ia berfungsi sebagai kerangka yang menyokong sel-sel bebas yang ditemukan di dalam organ tersebut. Sel-sel retikuler memiliki tonjolan sitoplasma yang panjang, inti bulat, besar dengan benang-benang kromatin yang halus, nucleoli satu atau dua.

Jaringan Epitel

BAB I
JARINGAN EPITEL
A. PENDAHULUAN
Jaringan yaitu struktur yang dibentuk oleh sekumpulan sel-sel yang biasanya memiliki sifat-sifat morfologis dan fungsi yang sama. Pada hewan multiseluler, dikenal ada 4 jaringan dasar, yaitu (1) jaringan epitel, (2) jaringan penyambung atau jaringan ikat,(3) jaringan otot, dan (4) jaringan saraf. Pada bagian ini, pembahasan dibatasi pada jaringan epitel penutup dan epitel kelenjar
Jaringan epitel yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang biasanya bentuknya sama yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstraseluler atau matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel dapat mengalami pelipatan ke dalam atau invaginasi menembus jaringan di bawahnya, dan berkembang menjadi sel-sel ekskresi atau sel-sel kelenjar. Jaringan epitel dibentuk dari ketiga lapisan lembaga, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
B. SIFAT DAN FUNGSI JARINGAN EPITEL
Jaringan epitel terdapat sebagai penutup permukaan tubuh, atau membatasi rongga-rongga di dalam tubuh. Permukaan yang bebas berbatasan dengan udara atau cairan, sedangkan permukaan yang lain bertumpu pada membran basalis yang menghubungkannya dengan jaringan ikat yang vaskuler di bawahnya. Membran basalis terdiri atas tiga lapisan, yaitu (1) lamina dense, (2) lamina lusida, dan (3) lamina fibroretikuler.









Gambar 1. Struktur membran basalis kulit

Lamina dense atau lamina basalis terdiri atas serabut kolagen tipe IV yang sangat halus serta makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina dense berkisar 20-30 nm. Lamina lusida terletak di atas lamina dense dekat membran sel. Terdiri atas serabut kolagen tipe IV yang sangat tipis dan tersusun secara longgar. Selain itu, terdapat makromolekul berupa glikoprotein. Tebal lamina lusida berkisar 10-50 nm. Lamina fibroretikuler terletak pada bagian sebelah dalam lamina dense, terdiri atas serabut kolagen tipe III yang berhubungan erat dengan jaringan ikat di bawahnya. Mengandung sedikit serabut retikuler dan sedikit serabut kolagen tipe V.
Membran basalis memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) sebagai tempat melekatnya sel-sel epitel pada jaringan ikat di bawahnya, (2) sebagai barrier untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke bagian dalam tubuh, (3) mencegah kehilangan air dan cairan sel dari tubuh, (4) bekerja sebagai filter selektif, dan (5) mempertahankan bentuk jaringan epitel di atasnya. Membran basalis mengandung berbagai macam makromolekul berupa laminin, fibronektin, dan entaktin.
Beberapa karakteristik jaringan epitel, yaitu (i) bentuk sel-selnya teratur, umumnya berbentuk pipih, kubus atau selindris, (ii) sel-selnya tersusun dengan sangat rapat, (iii) semua jaringan epitel terikat erat pada jaringan penyambung yang ada di bawahnya oleh suatu selaput tipis yang disebut lamina basalis, (iv) tidak mengandung pembuluh darah, oleh sebab itu bahan makanan diperoleh melalui difusi dari kapiler-kapiler yang terdapat pada jaringan di bawahnya, dan (v) sel-sel epitel antara satu dengan yang lain menempel dengan sangat erat melalui daerah perlekatan khusus yang disebut kompleks pertautan sel atau junctional compleks.








Gambar 2. Bentuk dasar sel-sel jaringan epitel (a) pipih, (b) kubus, dan (c) selindris

Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi epitel pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain (i) sebagai alat proteksi baik terhadap pengaruh mekanis, fisik, maupun secara kimiawi, misalnya epitel yang terdapat pada kulit, (ii) sebagai organ eksteroreseptor yang mampu menerima rangsangan dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada puting pengecap, (iii) sebagai alat ekskresi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme (air, garam-garam, amoniak dan CO2), (iv) sebagai alat osmoregulasi (pengaturan tekanan osmosis cairan tubuh) dengan cara pembuangan garam-garam melalui permukaan kulit, (v) membantu proses respirasi, khususnya pada hewan-hewan akuatik, (vi) sebagai alat gerak, misalnya sayap pada kelelawar dan selaput renang pada katak sawah, (vii) sebagai alat nutrisi, misalnya kelenjar susu pada mamalia, (viii) sebagai alat absorpsi, misalnya absorpsi sari-sari makanan pada dinding usus, dan (ix) membantu pembentukan vitamin D dari provitamin D melalui bantuan cahaya matahari.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar, Berdasarkan bentuk sel yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas epitel berbentuk pipih, epitel berbentuk kubus, dan epitel berbentuk selindris. Berdasarkan jumlah lapisan yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas jaringan epitel selapis, jaringan epitel berlapis, dan jaringan epitel berlapis semu.

C. JARINGAN EPITEL PENUTUP
Jaringan epitel penutup merupakan jaringan yang sel-selnya tersusun dalam lapisan yang menyerupai membran dan menutupi permukaan luar atau melapisi rongga-rongga tubuh atau lumen.
1. Epitel Selapis
Jaringan epitel selapis adalah jaringan epitel yang terdiri atas satu lapisan sel, dan semua sel-selnya duduk bertumpu pada membran basalis dan mencapai permukaan, dijumpai pada tempat-tempat yang tidak banyak mengalami kerusakan mekanis, dan biasanya berperan di dalam absorpsi dan filtrasi. Jaringan epitel selapis terdiri atas epitel selapis pipih, epitel selapis kubus, dan epitel selapis selindris.
a. Epitel selapis pipih
Sel-sel pada epitel selapis pipih berbentuk pipih dan sangat datar menyerupai sisik. Dilihat dari permukaan tampak sebagai sel-sel yang cukup besar dengan sitoplasma yang jernih. Dilihat dari samping tampak seperti pita yang bersekat-sekat dengan inti pipih yang terletak pada bagian tengah. Epitel selapis pipih terdiri atas epitel squamosa, mesotalium, dan endothelium.
1) Epitel Squamosa; yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari ektoderm,
misalnya epitel pada kapsul bowman
2) Mesotalium; yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari mesoderm, misalnya
pericardium yang membatasi rongga jantung dan pleurotenium
yang membatasi rongga paru-paru
3) Endothelium; yaitu epitel selapis pipih yang berasal dari endoderm, misalnya
endothelium pembuluh darah dan endothelium pada
pembuluh limfa.












Gambar 3. Epitel selapis pipih kapsul bowman......

b. Epitel selapis kubus
Dilihat dari permukaan, sel-sel epitel kubus tampak lebih teratur dan berbentuk heksagonal. Bila dilihat dari samping tampak seperti segi empat yang tersusun berderet dengan inti berbentuk bulat yang terletak di tengah. Epitel jenis ini dijumpai pada folikel kelenjar tiroid, tubulus kontortus distal dan proksimal ginjal, melapisi ovarium, dan saluran pelepasan kelenjar.







Gambar. 4 Epitel selapis kubus

c. Epitel selapis selindris
Dilihat dari permukaan menyerupai epitel kubus, sedangkan bila dilihat dari samping tampak seperti pilar-pilar yang berhimpitan tegak lurus dengan inti yang lonjong atau oval, terletak agak proksimal terhadap membran basal. Jenis epitel ini terdiri atas epitel selapis selindris sekretori, epitel selapis selindris absortif dan sekretori, dan epitel selapis selindris bersel goblet.






Gambar. 5 Epitel selapis selindris

i) Epitel selapis silindris sekretori
Sel-sel selindris selain berfungsi sebagai pelindung, juga berperan untuk mensekresi mucus, misalnya mukosa lambung dan mukosa kanalis serviks uterus. Sitoplasma pada bagian apeks inti tampak pucat dan mengandung banyak vakuola yang berisi mucus
ii) Epitel selapis selindris absorbtif dan sekretori
Sel-sel epitel ini ada 2 tipe, yaitu jenis untuk absorbsi dan jenis untuk sekretori, misalnya epitel selindris pada usus. Bagian apeks dari sel absorbtif terdapat mikrovili, sedangkan pada sel sekretori mirip dengan sel goblet, dimana bagian apeks sel terdapat banyak granula sekretori yang bersifat mucus, sel berbentuk piala dengan bagian apeks yang lebar dan bagian basal sempit

iii) Epitel selapis selindris bersel goblet
Epitel ini terdiri atas kombinasi sel selindris bersilia dan sel goblet. Jenis epitel ini dijumpai pada saluran pernapasan bagian atas.
2. Epitel berlapis banyak palsu
Epitel ini dikatakan berlapis banyak palsu karena pada penampang tegak lurus tampak seperti berlapis banyak. Hal ini disebabkan karena letak inti dari sel-sel yang membangunnya tidak sama tingginya.Epitel ini dibagi atas 3 macam sel, yaitu sel basal, sel selindris bersilia, dan sel goblet.







Gambar. 6 Epitel berlapis banyak palsu

Sel basal berbentuk kubus dengan inti bulat serta ketinggian paling bawah.Sel selindris bersilia berbentuk selindris dan permukaannya bersilia. Inti berbentuk lonjong. Sel goblet atau sel lendir atau sel mukus berbentuk kerucut, inti tampak meruncing pada bagian bawahnya. Pada sitoplasmanya terdapat mucus. Sel goblet terdiri atas beberapa bagian, yaitu (i) pangkal sel sempit dan mengandung banyak retikulum endoplasma (RE), (ii) bagian tengah sel melebar dan terdapat banyak badan golgi yang berbentuk mangkuk, dan (iii) puncak sel, yaitu bagian yang paling lebar dan terdapat banyak vesikula-vesikula yang berisi mucus.

3. Epitel Transisional
Epitel transisional merupakan epitel yang terdapat pada pelvis ginjal, ureter dan kantung air seni. Bila organ-organ tersebut kosong, maka sel-selnya menyerupai epitel berlapis banyak kubus, tetapi bila dipenuhi dengan cairan, maka tekanan pada dinding membesar dan sel-selnya berubah menjadi epitel berlapisbanyak pipih.








Gambar 7. Epitel transisional .....................

4. Epitel berlapis banyak
Berbeda dengan jaringan epitel selapis, jaringan epitel berlapis banyak terdapat pada tempat-tempat yang banyak mengalami kerusakan mekanis, dan umumnya tidak memiliki fungsi absorbsi atau filtrasi, tetapi berfungsi sebagai proteksi. Pada semua jaringan epitel berlapis banyak, teradapat lapisan-lapisan sel kubus atau selindris kecil yang termodifikasi yang terletak setelah membran basal. Di atas sel-sel basal, biasanya terdapat satu atau lebih sel-sel polygonal. Pada permukaan bebasnya teradapat lapisan sel yang bentuknya berbeda dari lapisan sebelumnya. Bentuk sel-sel pada permukaan bebas epitel berlapis digunakan sebagai dasar klasifikasi.

Jaringan epitel berlapis dapat seluruhnya tersusun atas sel-sel hidup dan mati, tergantung pada lokasi jaringan epitelnya. Biasanya pada yang terakhir ini sel-sel proksimalnya dibangun oleh sel-sel hidup dan bagian distalnya yang berbatasan dengan rongga atau permukaan tubuh terdiri atas sel-sel mati yang telah menanduk.
a) Jaringan epitel berlapis pipih
Jaringan epitel ini dapat berupa epitel berlapis pipih tidak menanduk dan epitel berlapis pipih menanduk. Pada epitel berlapis pipih tidak menanduk dijumpai pada permukaan yang basah, misalnya pada rongga mulut, esophagus, epiglotis, dan vagina. Jaringan epitel pada daerah tersebut tersusun atas beberapa lapis sel-sel epitel pipih pada bagian apeks dan beberapa lapis sel epitel kubus di tengah, dan epitel kubus atau selindris pada bagian basal.
Epitel berlapis banyak pipih menanduk dijumpai pada kulit. Disini sel-sel yang superficial mengalami transformasi menjadi lapisan keratin yang kuat dan tidak hidup, dan melekat erat pada sel-sel hidup yang ada pada lapisan di bawahnya. Fungsi keratin pada lapisan superficial, yaitu (i) menahan gesekan dan tarikan, (ii) mencegah penguapan, (iii) mencegah masuknya air, dan (iv) mencegah masuknya organisme. Jaringan epitel pada kulit terdiri atas;
 Stratum basalis atau stratum germinativum
Dibangun oleh sel-sel basal berbentuk selindris atau kubus yang bertumpu pada membran basal. Lapisan ini ditandai dengan aktivitas mitosis yang tinggi.
 Stratum spinosum
Dibangun oleh sel-sel berbentuk kubus polygonal atau sedikit gepeng dengan inti terletak di tengah. Sitoplasma memiliki tonjolan-tonjolan yang berisi berkas-berkas filamen yang menyerupai spina atau duri
 Stratum granulosum
Ditandai oleh adanya 3-5 lapisan sel-sel polygonal gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula-granula keratohialin yang mengandung protein yang kaya histidin
 Stratum lusidium
Biasanya terdapat pada kulit yang tebal, terdiri atas lapisan tipis sel-sel pipih, organel-organel dan inti sudah tidak ada.
 Stratum korneum
Terdiri atas sel-sel pipih menanduk tanpa inti, dan sitoplasmanya mengandung keratin








Gambar 8. Stratum..................................................

b) Jaringan epitel berlapis banyak kubus
Epitel berlapis banyak kubus sangat jarang dijumpai, misalnya terdapat pada saluran kelenjar keringat.








Gambar 9. Epitel kubus .................................

c) Jaringan epitel berlapis banyak selindris
Jaringan epitel jenis ini dapat ditemukan pada tubuh, contohnya pada bagian kovernosum dari uretra, farings, epiglottis serta pada saluran pelepasan yang besar pada berbagai macam kelenjar. Pada permukaan yang bebas sel-selnya berbentuk selindris, sedangkan sel-sel basalnya berbentuk kubus








Gambar 10. Epitel selindris ......................................

D. EPITEL KELENJAR
Jaringan epitel kelenjar yaitu jaringan yang dibentuk oleh sel-sel terkhususkan dalam menghasilkan suatu sekret cair yang komposisinya berbeda dengan komposisi darah dan cairan intra sel. Proses ini disertai dengan sintesis makromolekul intra sel. senyawa-senyawa tersebut biasanya disimpan dalam bentuk butir-butir kecil yang disebut granula sekretori
Kelenjar dibentuk dari jaringan epitel. Sel-sel epitel berproliferasi dan menembus ke dalam jaringan penyambung atau jaringan ikat. Mereka dapat mempertahankan hubungannya dengan epitel atau tidak. Bila hubungan tidak dipertahankan, terbentuk kelenjar endokrin. Sel-sel kelenjar ini dapat tersusun dalam bentuk tali atau folikel. Lumen folikel mengumpulkan sejumlah besar sekresi. Bila hubungannya dipertahankan, maka terbentuklah kelenjar eksokrin.
kelenjar dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain (i) berdasarkan cara menyalurkan hasil sekretnya, (ii) berdasarkan cara penggetahan oleh sel-sel yang membangunnya, (iii) berdasarkan sifat dari getah atau secret yang dihasilkannya, dan (iv) berdasarkan banyaknya sel-sel epitel yang membangunnya.
Berdasarkan cara menyalurkan sekretnya, kelenjar dikelompokan menjadi tiga, yaitu kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin, dan kelenjar campuran.
a) Kelenjar eksokrin; yaitu kelenjar yang mengeluarkan sekretnya melalui saluran pelepasan, misalnya kelenjar parotid, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat.
b) Kelenjar endokrin; yaitu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan, oleh sebab itu sekretnya digetahkan ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limfa dan dibawa ke seluruh jaringan tubuh. Sekret yang dihasilkannya dinamakan hormon. Contoh kelenjar endokrin, yaitu kelenjar tiroid.
c) Kelenjar campuran; yaitu kelenjar yang dibangun oleh kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin, misalnya kelenjar pancreas. Sebagai kelenjar eksokrin, kelenjar pancreas menghasilkan enzim, seperti enzim lipase, amilase, dan tripsinogen, sedangkan sebagai kelenjar endokrin, pancreas menghasilkan hormon, yaitu insulin.
Umumnya kelenjar eksokrin dibangun oleh 2 jenis epitel, yaitu (i) bagian sekretori, yaitu kelompok sel-sel yang secara khusus menghasilkan secret, dan (ii) bagian saluran, yaitu kelompok sel-sel yang membentuk saluran tubuler yang menghantarkan sekret ke luar. Pengecualian pada kelenjar yang bersifat uniseluler.











Gambar 11. Epitel berlapis selindris bersilia

Berdasarkan banyaknya sel-sel epitel yang membangunnya, kelenjar dibedakan atas kelenjar uniseluler dan multiseluler. Kelenjar uniseluler, yaitu kelenjar yang hanya dibangun oleh satu sel, misalnya sel goblet pada usus halus atau pada saluran pernapasan. kelenjar multiseluler, yaitu kelenjar yang dibangun oleh banyak sel, terdiri atas 2 kelompok, yaitu kelenjar sederhana dan kelenjar kompleks
1) Kelenjar sederhana
Kelenjar yang hanya mempunyai satu saluran atau ductus atau saluran yang tidak bercabang dan susunannya dapat berupa (i) tubuler, misalnya Crypt lieberculum, (ii) tubuler bergelung, misalnya kelenjar keringat, (iii) tubuler bercabang, dan (iv) asiner, misalnya kelenjar bisa.
2) Kelenjar kompleks,
Kelenjar yang mempunyai saluran ke luar yang bercabang-cabang yang berasal dari sejumlah bagian sekresi. Susunannya dapat berupa tubuler, asiner, dan tubuloasiner.

Berdasarkan cara penggetahan oleh sel-sel yang membangunnya, kelenjar eksokrin dibedakan atas kelenjar merokrin, apokrin dan holokrin.
1) Kelenjar merokrin
Kelenjar ini paling banyak dijumpai, pada saat kelenjar aktif, sekret dikumpulkan pada bagian distal dan selanjutnya digetahkan ke luar dengan cara eksositosis tanpa merusak sel itu sendiri, misalnya kelenjar ludah parotid, kelenjar sub lingualis dan sub mandibularis
2) Kelenjar apokrin
Pada kelenjar ini, secret dihasilkan dengan cara merusak bagian apical sel yang mengandung banyak granula-granula sekretori. Cara penggetahannya, yaitu (i) sel kelenjar menampung secret pada bagian distal, (ii) bagian sel yang penuh dengan secret mengalami suatu penyempitan, dan (iii) bagian yang penuh dengan secret dilepaskan. jika sel kelenjar yang telah pernah menggetahkan aktif kembali, maka sel kelenjar tersebut harus tumbuh lebih dahulu hingga mencapai ukuran semula.

Pada mulanya berbagai jenis kelenjar dimasukkan ke dalam tipe kelenjar apokrin, misalnya kelenjar ketiak, kelenjar anus, dan kelenjar mammae. Sekarang yang dapat dipertimbangkan masuk ke dalam kelenjar apokrin adalah kelenjar mammae. Pengamatan dengan mikroskop elektron tidak mendukung lagi adanya kelenjar yang menghasilkan sekretnya dengan mengorbankan bagian apeks sel, oleh sebab itu, kelenjar yang pada mulanya dimasukkan ke dalam kelenjar apokrin, kini dimasukkan ke dalam kelenjar merokrin
3) Kelenjar holokrin
Sekret yang dihasilkan dengan pecahnya seluruh sel untuk menjadi secret, misalnya kelenjar minyak yang terdapat pada akar rambut yang berfungsi untuk menyemir rambut pada kulit. Proses sekresinya berlangsung sebagai berikut, yaitu; (i) lapisan basal sel kelenjar bermitosis, (ii) sel terdesak ke tengah dan mengandung tetes-tetes lemak dan granula-granula sekretori atau vakuola, (iii) makin ke tengah sel semakin pucat dan vakuola semakin bertambah. Makin jauh ke tengah, nutrien semakin kurang dan pada akhirnya sel-sel mati, dan (iv) sel lemak yang telah mati keseluruhannya dilepaskan dan diganti oleh sel-sel cadangan yang disebut sel indifferen
Berdasarkan sifat dari getah yang dihasilkannya, dikenal ada 2 jenis kelenjar, yaitu;
1) Kelenjar seluler; yaitu kelenjar yang sekretnya berupa sel-sel, misalnya kelenjar lemak sekretnya berupa lemak, ovarium sekretnya berupa telur, dan testis sekretnya berupa sperma
2) Kelenjar non-seluler; yaitu kelenjar yang menghasilkan getah yang tidak berupa sel, misalnya enzim dan hormon.
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu;
1) Kelenjar mukosa; menghasilkan sekret yang bersifat kental, dan terdiri atas glikoprotein, sering disebut mucus.
2) Kelenjar serosa; yaitu kelenjar yang menghasilkan secret berupa cairan encer dan biasanya berupa enzim dan dinamakan sereus.
3) kelenjar campuran; yaitu kelenjar yang secretnya berupa mucus dan sereus. Kelenjar yang menghasilkan mucus dinamakan kelenjar sero atau mukose