Rabu, 06 Juli 2011

Sistem Rangka

SISTEM RANGKA
A. PENGERTIAN & BEBERAPA ISTILAH
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini meliputi eksoskeleton, dan endoskeleton. Eksoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja, atau keduanya, sedangkan endoskeleton secara embriologis berasal dari jaringan sub dermal, yaitu endoskeleton tulang, endoskeleton rawan dan korda. Eksoskeleton umumnya dijumpai pada hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal sebagai dermal skeleton. Endoskeleton umumnya dijumpai pada hewan vertebrata.
Dalam garis besarnya, terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan tulang atau rangka yaitu:
1. Istilah yang berkenaan dengan penampang atau bidang
a. Bidang median, yaitu bidang membujur dari depan ke belakang yang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan secara seimbang.
b. Bidang sagital/para sagital yaitu bidang membujur yang sejajar bidang median
c. Bidang coronal/frontal yaitu bidang membujur dari samping kiri ke kanan yang membagi tubuh menjadi belahan depan dan belakang secara seimbang dan tegak lurus dengan bidang median.
d. Bidang transversal, yaitu bidang melintang yang membagi belahan atas dan bawah. Belahan ini tegak lurus dengan bidang median dan coronal.
e. Bidang longitudinal, yaitu bidang yang mengikuti dimensi terpanjang dari organ dan tegak lurus terhadap bidang transversal.
f. Bidang obliqua, (serong) yaitu bidang yang membuat sudut lebih kecil atau lebih besar dengan bidang transversal.
2. Istilah yang berkenaan dengan bagian, arah dan lokasi
I. Ventral/anterior yaitu arah depan, jauh dari tulang belakang
II. Superior yaitu arah atas
III. Dorsal/posterior yaitu arah belakang, dekat dengan tulang belakang
IV. Rostral, yaitu arah kepala
V. Inferior, yaitu arah bawah
VI. Hipo/Sub yaitu di bawah
VII. Caudal yaitu arah ekor
VIII. Superfisial yaitu arah dekat permukaan
IX. Eksternal, yaitu arah luar
X. Internal, yaitu arah dalam
XI. Inter, yaitu antara
XII. Medial, yaitu arah tengah
XIII. Periferal, yaitu arah samping, jauh dari tengah
XIV. Proksimal, yaitu arah dekat dengan sumbu
XV. Distal, yaitu arah yang menjauhi sumbu
XVI. Apo, yaitu tambahan
XVII. Telo, yaitu jauh
3. Istilah yang berkenaan dengan bentuk-bentuk anatomis
a. Tonjolan tulang
1) Processus yaitu tonjolan yang agak besar dan agak panjang
2) Condylus yaitu tonjolan bundar (kepala) di atas bagian-bagian yang lebih kecil (leher)
3) Dentatum, yaitu tonjolan agak besar seperti gigi
4) Trochanter, yaitu tonjolan besar tetapi rendah
5) Cornu, yaitu tonjolan kecil seperti tanduk
6) Spina, yaitu tonjolan kecil agak panjang
7) Tuberculus, yaitu tonjolan rendah dan melebar
8) Prominentium, yaitu tonjolan cembung
9) Protuberantia, yaitu tonjolan di median yang di sebelahnya terdapat cekungan
10) Tuberositas, yaitu permukaan kasar tempat melekatnya otot
11) Crista, yaitu tonjolan agak tebal dan memanjang
12) Linea, yaitu tonjolan rendah yang memanjang atau melengkung
13) Lamina, yaitu tonjolan yang lebar dan tipis
14) Ala, yaitu tonjolan lebar dan tipis yang berada di sisi kanan dan kiri, sehingga terbentuk sayap.

4. Istilah yang berkenaan dengan lengkungan tulang
a. Pit, yaitu lekukan tajam berupa titik
b. Povea, yaitu lekuk dangkal dan sempit
c. Fossa, yaitu lekuk dalam dan sempit
d. Acetabulum, yaitu lekuk dalam dan lebar, sehubungan dengan cawan sendi
e. Fissura, yaitu lekukan tajam yang panjang
f. Sulcus, yaitu parit
g. Canalis/Meatus, yaitu saluran berbentuk tabung
h. Tubulus/Ductus, yaitu saluran berbentuk tabung
i. Lumen, yaitu bagian dalam dari suatu saluran
j. Foramen, yaitu lubang pada tulang
k. Sinus, yaitu rongga dalam tulang yang berisi udara
5. Bentuk-bentuk lain
1) Discus, yaitu lempengan datar yang berada di dalam sendi
2) Plana, yaitu lempengan datar
3) Sella, yaitu lempengan tulang berbentuk plana
4) Concha, yaitu lempengan tipis yang melengkung ke dalam
5) Squamosa, yaitu lempengan lebar yang agak melengkung
6) Trochlea, yaitu bentuk ujung tulang seperti gelembung
7) Pennatus, yaitu bentuk seperti bulu
6. Bagian-bagian tulang
a. caput/cranium, yaitu kepala
b. Columna, yaitu leher
c. Corpus/Trunchus, yaitu badan
d. Caudatum, yaitu ekor
e. Ephiphysis, yaitu bagian leher tulang panjang yang baru menjadi tulang keras setelah dewasa
f. Diaphysis, yaitu bagian tengah dari tulang panjang
g. Symphysis, yaitu persatuan tulang bagian kiri dan bagian kanan dari median
7. Hubungan antar tulang
Dua tulang yang berhubungan satu sama lain dan dipisahkan oleh selaput tipis jaringan yang lebih lemah dikatakan bersendian atau berartikulasi. Tulang-tulang tersebut dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan.
Persendian dapat digolongkan menjadi:
A. Diartrosis
Pada diartrosis memungkinkan terjadinya gerakan tulang yang bebas, biasanya sebagai persendiaan yang menghubungkan tulang-tulang yang panjang dan mempunyai mobilitas yang besar. Macam persendiaan ini ditandai dengan adanya kantung sinovial yang mengandung cairan sendi (cairan sinovial), yang berperan sebagai zat pelumas. Bila kantung ini baru, atau usia tua, rawan-rawan sendi menjadi menulang, maka persendiaan menjadi kaku dan akhirnya seperti terjadi ankilosis, sehingga persendiaan menjadi tidak bisa digerakkan.
Diartrosis merupakan bentuk sendi yang memiliki struktur paling kompleks, terdiri dari:
Diartrosis merupakan bentuk sendi yang memiliki struktur paling kompleks, terdiri dari:
• Kapsula artikularis (pembungkus sendi)
• Membran sinovial (selaput sinovial)
• Cartilago artikularis (lapisan tulang rawan)
• Cavum artikularis (mangkuk sendi)
Diartrosis meliputi:
Sendi peluru, misalnya hubungan antar tulang scapula-humerus dan pelvis-femur
Tulang engsel, misalnya hubungan antara tulang atlas dengan cranium
Sendi putar, misalnya hubungan antara radius-ulna
Sendi geser, misalnya hubungan antara zigpofisis dari vertebra yang berbatasan dan hubungan carpal-metacarpal
B. Sinartrosis
Tulang-tulang dipersatukan oleh jaringan tulang, tak terjadi gerakan atau pergerakan sangat terbatas, tidak mengandung struktur sinovil, misalnya sutura yang terdapat pada tulang-tulang tengkorak, sinartrosis, sinkondrasis dan sindesmosis.
1. Sinartrosis
Tulang-tulang dihubungkan oleh jaringan tulang, misalnya suturapada tulang tengkorak
2. Sinkondrosis
Tulang-tulang dihubungkan oleh tulang rawan hialin, dapat menjadi gerakan yang terbatas, misalnya hubungan antara tulang iga dan tulang dada
3. Sindesmosis
Tulang-tulang dihubungkan oleh jaringan ikat. Gerakan sangat terbatas misalnya sacrum-pelvis
4. Symphisis
Tulang-tulang tumbuh bersama dan bersatu di bagian median, misalnya hubungan tulang antar pubis

Tabel 1. Jenis-jenis tulang bersendian, macam sendi dan macam gerak
Tulang-Tulang Bersendi Macam Sendi Macam Gerak
Cranium Sutura -
Temporomandibularis Engsel Fleksi, Ekstensi
Cranium-Atlas Engsel Sirkumduksi
Atlas-Epistopheus Putar Inversi, Eversi
Corpus vertebrae Simpisis Fleksi, Ekstensi
Vertebrae-costa Engsel Abduksi, Adduksi
Costa-sternum Engsel Abduksi, Adduksi
Clavikula-sternum Engsel Abduksi, Adduksi
Clavikula-Scapula Sindesmosis Tak bergerak
Scapula-humerus Peluru Rotasi, Pronasi, Supinasi
Humerus-ulna Engsel -
Humerus-radius Meluncur Fleksi, ekstensi
Radius-ulna Putar Pronasi, supinasi
Radius-scaphoideum Engsel -
Ulna-lunatum, triguentum Engsel Fleksi-ekstensi
Ossis carpalis Diarthrosis Geser
Carpal-metacarpalis Elipsoid Sirkumduksi
Carpal-metacarpalis lain Engsel Abduksi, Adduksi
Metacarpal-phalangs Engsel Abduksi, Adduksi
Phalangs prox-medial Engsel Abduksi, Adduksi
Phlangs med-distal Engsel Abduksi, Adduksi
Vertebra- sacrum Peluru Fleksi, Ekstensi
Sacrum-cooccigis Sindesmosis -
Sacrum-pelvis Sindesmosis -
Antar pubis Simpisis Rotasi
Pelvis-femur Peluru Fleksi, Ekstensi
Femur-tibia Engsel Geser
Patella-femur-tibia Diarthrosis -
Tibia-fibula Sindesmosis Fleksi-Ekstensi
Tibia-tallus Peluru Inversi, eversi
Fibula-tallus peluru Fleksi, Ekstensi
Ossis- tarsalis Sindesmosis Inversi, eversi
Tarsal - metatarsalis Sindesmosis -
Metatarsal-phalangs Engsel -
Sesamoid – metatarsal Sindesmosis Fleksi, ekstensi
Phalans prox – medial Engsel Fleksi, ekstensi
Phalangs med - distal Engsel Fleksi, ekstensi

Pembagian Tulang
Berdasarkan ontogeninya, tulang dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Tulang intermembran yaitu tulang-tulang yang pembentukannya langsung berasal dari mesenkim atau jaringan ikat
b. Tulang endokondral yaitu tulang yang berasal dari perombakan pergantian rawan
Berdasarkan filogeninya tulang dapat dibedakan menjadi:
a. Tulang-tulang dermal, yaitu tulang-tulang yang berasal dari dermatom (mesenkim embrio), atau tulang-tulang yang homolog dengan tulang-tulang yang pada jenis-jenis hewan leluhur berasal dari mesenkim dermis.
b. Tulang-tulang non dermal, yaitu tulang yang tidak berasal dari dermatom dan bukan pula homolog dengan tulang dermal nenek moyang.
Secara topografis tulang (rangka) dapat dibedakan menjadi:
a. Rangka aksial, terdiri atas:
1. Cranium
2. Rangka post cranium yaitu:
- Ruas-ruas tulang belakang
- Rusuk
- Sternum
b. Rangka apendikular, terdiri atas:
1. Gelang pectoral (gelang bahu) dan gelang pelvik (gelang pinggul)
2. Anggota-anggota berpasangan (kaki, tangan dan sirip-sirip berpasangan)
3. Anggota tunggal (sirip-sirip median)
1. Cranium
Bagian dari endoskelet yang terdapat di kepala, ialah cranium atau tengkorak. Tengkorak dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu : neurokranium, splanchnocranium, dermocranium dan bagian yang terdiri dari fusinya dua buah vertebrae yang paling anterior dengan ujung belakang dari tengkorak
- NEUROKRANIUM
Neurokranium yang sebenarnya adalah tulang-tulang yang melindungi dan menyokong otak. Komponen-komponen pada neurokranium kolektif di dalamnya termasuk juga komponen kapsula indra yang tiga pasang itu, yaitu: kapsula, olfaktori, kapsula optik dan kapsula otik.
1. Kelompok mesetmoid
kelompok ini terdiri dari tulang mesetmoid yang berbentuk keping-keping tipis terletak vertikal. tulang ini terdiri dari penulangan pada trabekula komunis terdapat pada bangsa dipnoi, teleostei, dan eutheria. Bagian sisanya dari trabekula yang tumbuh menonjol ke depan di antara kapsula nasal membentuk septum nasal.
2. Kelompok stenoid anterior
Yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah tulang-tulang presfenoid (untuk yang non-mamalia disebut stenetinoid) yang tunggal dan letaknya di kiri-kanan presfenoid. Adanya tulang-tulang ini agak variabel, tetapi keduanya terdapat pada sekalian hewan-hewan Mamalia dan Aves
3. Kelompok stenoid posterior
Kelompok ini meliputi tulang-tulang sebagai berikut; basicfenoid terletak medial dan meliputi fenesta hipofise, pada hewan-hewan mamalia permukaan dorsal dari tulang ini memperlihatkan suatu kelenjar hipofise, yaitu selatur sika. Laterosfenoid atau pleursfenoid, terdapat di sebelah kiri dan kanan basicfenoid. Tulang-tulang semacam ini dapat ditemukan pada sekalian osteichthyes (kecuali dipnoi), ceneilidae, reptilia dan aves. Di tempat tulang-tulang ini pada hewan Mamalia terdapat tulang-tulang yang asalnya berbeda dan tidak homolog dengan pleurosfenoid, yaitu tulang-tulang eliefonoid. Tulang-tulang stenoid dari masing-masing kelompok maupun diantara kedua kelompok itu, biasanya memperlihatkan fusi-fusi , jadi satu tulang yang terdapat pada hewan dewasa dapat menunjukan tiga atau lebih tulang-tulang. Tulang-tulang majemuk semacam ini dinamakan tulang stenoid.
4. Kelompok oksipital
Dalam kelompok ini termasuk tulang-tulang sebagai berikut : eksoksipital, terdapat pada sekalian hewan-hewan vertebrata, membatasi sebelah kiri-kanan foramen magnum. Tulang ini tidak terdapat pada chodrocthyes, urodelia, anura dan amphibia purba. Supraoksipital merupakan batas sebelah dorsal dari foramen magnum, tidak terdapat pada sekalian osteichithyes (kecuali teleostei), amphibia (kecuali caccilidae) dan spenodon, kodil oksipital merupakan penonjolan dari tulangosiital untuk persendiaan dengan vertebrae yang pertama, dan secara primitif merupakan struktural tunggal. Eksosipital selalu turut dalam hal membangun kondil ini. Kondil yang tunggal dapat ditemukan pada reptilia (kecuali pada familia Amphisbacnidae) dan bangsa burung, disini kondil terutama dibangunkan oleh balioksipital. Kondil yang berpasangan terdapat pada amphisbacnidae dan mamalia. Taju oksipital yang berpasangan pada bangsa ikan dianggap homolog dengan kondil hewan-hewan tetrapoda.
Tulang-tulang pada kapsula indera adalah sebagai berikut:
a. Tulang-tulang kapsula olfaktori
Di dalam kapsula olfaktori hewan mamalia terjadi pertumbuhan tulang-tulang etmoturbinal, nasoturbinal dan maksiloturbinal. Kesemua tulang-tulang ini bersama-sama membentuk suatu tulang yang majemuk, memperlihatkan bentuk yang kompleks melipat-lipat dan bercabang-cabang. Tulang-tulang ini unik dari rongga hidung ini dikenal juga sebagai tulang turbinal (cochae nasal).
Permukaan dari tulang-tulang turbinal sebelah atas dan dalam posterior, diliputi epitelium olfaktori. Hal ini menyebabkan bertambahnya ketajaman penciuman, karena permulaan indera penciuman menjadi lebih luas tanpa menjadi lebih besarnya ukuran kapsula olfaktori. fungsi lain yang sangat pokok dari fungsi pernapasan ialah untuk memungkinkan “preconditioning” yang lebih baik, yaitu udara pernapasan disaring dan disesuaikan dulu dengan suhu tubuh.
b. Tulang-tulang kapsula optik
Kapsula optik tidak pernah mengalami fusi dengan neurokranium, sebenarnya dibangunkan oleh jaringan ikat yang sangat kukuh membentuk suatu seludang di sekililing bola mata dikena bagian seludang sklera. Di dalam seludang ini terdapat penulangan berupa keping-keping tulang yang tersusun sekeliling bola mata yang mengarah keluar, keping-keping ini dinamakan tulang-tulang skeleroid, terdapat pada bangsa burung (elang, burung hantu) dan beberapa bangsa kadal.
c. Kelompok tulang-tulang kapsula tik
Pada kapsula tik terdapat tulang-tulang sebagai berikut: prootik (padav mamalia disebut petrosal terdapat di sebelah anterior. Opistotik (pada mamalia disebut mastoid) terdapat di sebelah posterior. Prootik dan opistotik, namun terdapat pada hewan-hewan dewasa. Epiotik terdapat di sebelah atas pada neurokranium hewan-hewan non mamalia, tulang ini biasanya bersatu dengan tulang-tulang prootik dan opistotik membentuk suatu tulang yang majemuk, pterotik dan sfenotik.
Tulang-tulang dari kompleks otik sering sekali mengalami fusi dengan tulang-tulang apapun yang bersebelahan dengannya.
d.
- SPLACHNOKRANIUM
Komponen ini merupakan bagian dari skelet viskeral yang berasosiasi dengan kranium. Fungsinya meliputi peran-peran sebagai berikut : berperan sebagai rahang embrio atau sebagai tulang rahang hewan dewasa, seperti pada condrichthyes, berperan sebagai suspensor rahang, membantu dalam fungsi pendengaran, berperan sebagai penyokong otak.
Neurokranium dan splanchnokranium merupakan kranium primer yang berasal dari rawan yang pada pertumbuhan selanjutnya dapat sebagian atau seluruhnya terdiri dari tulang. Rawan dari bagian tengkorak pada kebanyakan amniosta dan teleostei dewasa, tunggal sedikit sekali.
Kranium atau bagian dari kranium yang dibangunkan oleh rawan untuk stadium apapun dari hewan dinamakan khondrokranium, sedangkan untuk bagian kranium yang terdiri dari tulang dinamakan osteokranium.
Skelet viseral yang turut membangun splanchnocranium adalah seluruh lengkung visceral dan sebagian lengkung visceral II. Adapun pada pokoknya skelet viskeral oleh tujuh pasang lengkung-lengkung viskeral; yaitu lengkung viskeral I disebut lengkung mandibular yang terdiri dari tiga macam rawan yang berhubungan dengan lengkung hioid, terdiri dari 3 macam rawan yang berturut-turut adalah:
1) Hiomandibular, berpasangan dikiri kanan, bersendian dengan regio otik dari kondrokranium
2) Centohial, berpasangan di kiri kanan
3) Basihial, tunggal, letaknya medial.
Lengkung-lengkung viskeral II sampai VI disebut lengkung-lengkung insang atau lengkung-lengkung brankhia, terdiri dari pasangan potongan rawan, faringobrankhial, epibrankhil, ceratobrankhial, ipobrankhial dan basibrankhial, lengkung mandibular.
Lengkung mandibular yang terdiri dari rawan-rawan palatokuadrat dan meckel, banyak pada cndrichthyes kedua elemen rawan ini berperan sebagai rahang atas dan rahang bawah.
Pada hewan vertebrata lainnya, kedua macam lengkung ini tidak merupakan rahang, melainkan sebagai skelet daerah mulut pada kulit embrio dan seterusnya merupakan rangka pokok untuk melekatkan tulang-tulang dermal yang mengandung gigi-gigi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar